Hari terakhir proses ekskavasi tahap kedua situs Candi Gedog di Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, oleh Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim, selesai hari ini, Senin (12/10/2020).
Dari hasil proses ekskavasi tahap dua ini, Tim BPCB berhasil menemukan sejumlah hal penting. Hal ini disampaikan oleh Ketua Tim Ekskavasi Candi Gedog dari BPCB Jatim Nugroho Harjo Lukito. Dirinya mengatakan, dari hasil penggalian ekskavasi tahap dua yang dimulai sejak Senin (5/10/2020) lalu, mengerucutkan asumsi awal yakni adanya perpaduan dua bangunan, yaitu petirtaan dan Candi di situs Candi Gedog.
Baca Juga : Warga Jombang Ramai Berburu 'Harta Karun' Uang Kuno di Persawahan
"Jadi sebenarnya hari terakhir ekskavasi tahap dua ini sejak kemarin kami sudah selesai melakukan penggalian. Karena sudah ketemu bagian dasar bangunan dan sudah tidak ada lagi temuan yang menonjol. Hasilnya seperti asumsi di awal, kami menemukan adanya perpaduan dua bangunan. Yaitu, petirtaan dan juga bangunan candi di situs Candi Gedog," ungkap Nugroho saat ditemui BLITARTIMES.
Nugroho menjelaskan, adanya dugaan asumsi bangunan petirtaan merujuk pada temuan bangunan struktur bata merah di bagian dalam pagar keliling yang membentuk persegi panjang. Hal itu juga didukung adanya temuan pecahan batu pelipit berelief sulur di lokasi penggalian. Struktur bangunan bata yang berbentuk persegi panjang dan batu pelipit biasanya identik dengan bangunan petirtaan.
"Hal itu juga didukung data sekunder dari cerita masyarakat yang menyebutkan ada sumber air di lokasi yang erat dengan legenda Joko Pangon. Selain itu juga ada kemungkinan di sini juga ada bangunan candi. Karena ditemukan kepala Kala dan Yoni yang menjadi ciri bangunan candi pemujaan. Meskipun posisi kala dan yoni sudah tidak pada reruntuhan bangunan," jelasnya.
Selain itu dari hasil ekskavasi, ditemukan bagian dasar bangunan induk di dalam pagar keliling situs Candi Gedog berupa struktur bata merah pada kedalaman kurang lebih 2,5 meter dari permukaan tanah. Selain itu, BPCB Jatim juga menemukan berbagai macam fragmen bangunan, relief-relief hingga pecahan gerabah kuno.
"Jadi mulai awal ekskavasi hingga hari terakhir ini, selain kita menemukan struktur utama bangunan, ada juga banyak temuan arca faktual. Diantaranya, fragmen-fragmen, relief-relief, fragmen gerabah, dan juga sandaran arca," paparnya.
Nugroho menjelaskan, dari salah satu temuan tersebut kemudian ada perkembangan, bahwa merujuk dari hasil temuan fragmen bagian arca berupa sandaran arca atau stela, terdapat siras cakra yang berhias pahat ukiran yang dikerjakan secara halus dan detail yang menunjukkan sebuah langgam yang umum ditemukan pada langgam-langgam era Kerajaan Singasari hingga Majapahit.
"Dari temuan fragmen ada satu penokohan yang menjadi sentral pemujaan di sini. Dari atribut yang menempel pada siras cakra itu, ada atribut yang mencirikan tokoh Hari-Hara, yaitu perpaduan dari Siwa Wisnu. Jadi pada saat masa Singasari itu sudah ada sebuah sekte yang memuja Wisnu dan Siwa sekaligus. Jadi dua tokoh Dewa yang dipuja itu, dari gambaran atribut itu ada Cakra dan juga ada Agni," jelasnya.
Lebih lanjut, Nugroho merinci dari hasil penggalian, setidaknya ada tiga jenis bahan dasar material yang ditemukan di Candi Gedog. Yakni, batu bata merah, gerabah, batu andesit dan juga batu karst. Sementara luas area yang masuk dalam komplek yang disakralkan dalam candi diperkirakan mencapai 27 x 27 meter persegi.
Baca Juga : Diterjang Hujan, Bunga Tanaman Apel Rontok, Petani di Kota Batu Terancam Merugi
"Kalau luas kompleknya sendiri kita belum punya gambaran pasti. Tapi kita asumsikan di sekitar candi juga ada temuan yang merujuk adanya pemukiman di sekitar candi. Sementara untuk luas area yang disakralkan kemungkinan masih seperti asumsi kita di awal yakni 27 x 27 meter," sambungnya.
Selanjutnya, BPCB Jatim akan melakukan penggambaran secara detail hasil ekskavasi tahap dua. Penggambaran ini guna merekonstruksi bentuk bangunan berdasarkan data yang ditemukan saat ekskavasi. Penggambaran ini nantinya juga akan menjadi dasar untuk melakukan ekskavasi berikutnya.
“Hari terakhir ini kita lakukan pengambaran detail struktur dan ini untuk data apabila kita nanti melakukan upaya rekonstruksi. Kita harus punya data gambar detail, baik itu gambar denah, gambar potongan Utara-Selatan maupun potongan Barat-Timur,” ujarnya.
Untuk kelanjutannya, lanjut Nugroho, kemarin sudah disampaikan ke pimpinan BPCB, bahwa tahun depan akan ada sharing anggaran lanjutan supaya alokasi waktu yang dibutuhkan itu akan semakin panjang.
"Jadi ketika itu dilakukan sharing, maka volume yang ditemukan juga akan semakin banyak. Jadi akhirnya persentase bangunan yang ditemukan juga semakin tinggi. Kalau ini masih kecil, mungkin masih 25 persennya. Karena kita belum mengetahui sisi-sisi luarnya. Jadi tahun depan diupayakan itu bisa terbuka semua," tuntasnya.