Pernahkah menonton film Perempuan Berkalung Sorban?
Film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo tersebut sempat menjadi film fenomenal di tahun 2009. Kisahnya diangkat dari novel karya Abidah El Khalieqy. Novel itu menceritakan tentang bagaimana kehidupan seorang perempuan anak seorang kiai. Karya tersebut merupakan bagian dari karya sastra bergenre sastra pesantren.
Hal ini diulas dalam kegiatan pelatihan penulisan essay populer kepada santriwan dan santriwati MTs dan MA Pondok Pesantren Sabilurrosyad, Gasek, Kota Malang, oleh tim pengabdian masyarakat dosen-dosen Pusat MPK Universitas Brawijaya (UB), Sabtu (10/10/2020).
Baca Juga : Sambut 1.221 Mahasiswa Baru, Unisba Blitar Gelar PKKMB Secara Daring
Mereka terdiri atas Prisca Kiki Wulandari SPd MSc, Fitrahayunitisna SS MPd, M Rohma Rozikin MPd, dan In’amul Wafi MEd.
Sastra pesantren merupakan genre yang dimaksudkan untuk menyebut karya sastra yang hidup dan diciptakan kalangan pesantren. Atau, karya sastra yang bermuatan misi dakwah. Dikatakan Fitrahayunitisna, sastra pesantren telah berkembang sejak abad-17.
"Memang tidak dapat dipungkiri bahwa pesantren merupakan bentuk pendidikan yang berkembang sejak masa Islam masuk ke Nusantara," ucapnya.
Bahkan, menurut Fitra, pesantren memiliki peran yang besar bagi kelahiran negara tercinta Indonesia. Sejauh ini, kata dia, tak banyak yang tahu bahwa karya sastra yang dihasilkan dengan latar pesantren sempat booming dalam perkembangan sastra Indonesia. Salah satunya adalah Perempuan Berkalung Sorban tersebut.
In’amul menyatakan, santri juga mampu menulis sebuah karya sastra yang kemudian diangkat menjadi sebuah film. "Novel karya Ahmad Fuadi yang merupakan salah satu santri dari Gontor me-release karya novel berjilid (jilid 1, 2, dan 3) dan terkenal dengan sebutan Trilogi Negeri 5 Menara," katanya.
Film yang diangkat dari novel dan mengambil latar Pondok Pesantren Gontor itu juga diminati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Ia melanjutkan, sebenarnya telah banyak novel-novel yang lahir dari pesantren yang kemudian tulisan tersebut menjadi best-seller di toko-toko buku seperti penulis Asma Nadia yang mana berbagai novelnya selalu laris di pasaran.
"Ide-ide sederhana dalam kehidupan pesantren ketika dibungkus dengan ilustrasi cerita yang menarik serta mampu menyentuh hati para pembacanya akan menjadi karya yang luar biasa," timpal Fitrahayunitisna.
Nah, karya sastra itu juga bisa digunakan sebagai media dakwah. Ustaz Rozikin menjelaskan, bahwa dakwah tidak hanya dilakukan dalam bentuk ceramah, pengajian, ataupun kegiatan-kegiatan yang bersifat kaku.
Baca Juga : Disdik Pemkab Blitar Optimistis Bantuan Kuota Internet Lancarkan Belajar Daring
"Dakwah juga dapat disampaikan dengan sastra dalam bentuk tulisan yang renyah dan mudah dipahami oleh khalayak umum. Karena studi kasus yang diambil berasal dari kehidupan sehari-hari masyarakat," terangnya.
Lebih lanjut, Rozikin menjelaskan, bahwa saat ini banyak tulisan tentang Islam yang di-share oleh orang yang bukan ahlinya, sehingga penyebaran tulisan tersebut di media digital mengakibatkan hoax.
"Menjadi peran penting para santri untuk mengambil bagian dalam meluruskan berita-berita Islam yang kurang tepat di masyarakat secara umum," tegasnya.
Kepada para santri, ia juga mengingatkan, bahwa dalam menyampaikan sebuah karya sastra jangan lupa menyelipkan dakwah Islam. Sehingga karya sastra tersebut memiliki nilai yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Prisca Kiki menjelaskan, tujuan pelatihan penulisan ini adalah mendorong kekritisan para santri mengekspresikan pemikirannya dalam sebuah tulisan populer.
"Era digital memberikan kesempatan yang luas kepada siapapun untuk berkarya, begitu juga dengan adik-adik santri di Ponpes Sabilurrosyad. Oleh karena itu, dalam memfasilitasi tulisan populer yang dihasilkan oleh para santri, tim pengabdian kepada masyarakat menghibahkan website ranahpena.org," katanya.
Harapannya, dengan adanya website tersebut, para santri lebih giat dan bersemangat dalam menulis. Karena tulisannya akan dibaca oleh banyak orang. Selain itu, website bermanfaat sebagai sarana para santri berdakwah melalui tulisan maupun dalam balutan sastra yang unik dan menarik.