Kick off program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) digelar secara online hari ini, Kamis (1/10/2020). Perwakilan dari beberapa siswa SMA di Kota Malang hadir di Aula Tugu Malang. Turut hadir pula Wali Kota Malang Sutiaji dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang Zubaidah.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dalam sambutannya menyampaikan bahwa harapannya program Kejar ini tetap bisa berlangsung saat pandemi covid-19. Meski demikian, ia sebagian beberapa masyarakat mungkin merasa program ini kurang tetap digelar di masa pandemi. Akan tetapi, siswa telah banyak mendapat bantuan kuota internet dari berbagai provider dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Baca Juga : Inspiratif, Mahasiswa UIN Malang Kelola Dana Kematian Jadi Asuransi Jiwa Syariah
"Sepertinya ini sesuatu yang kurang tepat waktunya tetapi dana yang semula untuk beli paket internet karena sekarang sudah ter-Support oleh provider dan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," ucapnya.
Dikatakan Khofifah, di Jawa Timur, terdapat support 2,6 juta program internet, 1,3 juta dari Telkomsel dan 1,3 juta dari XL dan grupnya. Support ini tidak hanya untuk SMA dan SMK tetapi juga Madrasah Aliyah. Kemudian, lanjutnya, mulai Oktober juga akan ada top up kuota dari Kemendikbud.
"Maka saya ingin menyampaikan kepada seluruh kepala dinas, kepala cabang dinas, para kepala sekolah, dan semuanya, rasanya timing seperti sekarang ini menjadi tetap relevan karena sudah ada support dari dua provider kepada 2,6 juta pelajar SMA SMK dan Aliyah di Jawa Timur itu, di luar dari support untuk para gurunya. Dan Oktober ini akan di-top up oleh kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," paparnya.
Perempuan berhijab inipun meminta kepala sekolah memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perencanaan keuangan lebih dini. Salah satunya bisa dengan mengundang lembaga perbankan di masing-masing kabupaten kota yang memungkinkan memberikan literasi keuangan kepada siswa.
"Ini akan menjadi pembelajaran yang lebih awal yang memungkinkan proses literasi keuangan dan Financial Inclusion bisa diberikan secara lebih dini sehingga masing-masing anak-anak kita bisa menyiapkan dan mengetahui bagaimana membuat perencanaan keuangan bisa lebih efisien, lebih efektif, tanpa harus mengurangi pembelajaran anak-anak tentang sedekah," sambungnya.
Soal sedekah ini, telah banyak sekali sekolah-sekolah yang memang menyiapkan format sedekah, terutama pada hari Jumat. Pada saat hari Jumat, anak-anak diajarkan berbagi dan merasakan besarnya nikmat dari sedekah.
"Jadi apa yang dilakukan dalam proses perencanaan keuangan tidak sekadar bagaimana mereka bisa menyiapkan masa depannya. Tetapi di dalam perencanaan yang lebih strategis lagi adalah bagaimana keberseiringan antara anak-anak untuk diajak tetap bersedekah," terangnya.
Baca Juga : Hadiri Kick Off Dies Maulidiyah, Wali Kota: Saya Selalu Bangga Jadi Alumni UIN Malang
Sementara itu, Sutiaji dalam sambutannya mengajak anak-anak untuk hidup hemat dan tertib. "Pembiasaan untuk hidup sederhana dan tertib itu penting. Goalnya, sesungguhnya kick off satu rekening satu pelajar itu bukan untuk memenuhi target inklusi saja, tapi bagaimana membiasakan mulai kecil anak-anak kita dikenalkan kepada hidup hemat," tuturnya.
Dengan hidup hemat dan tertib, disiplin dalam menabung, maka pembukaan rekening tidak akan sia-sia. "Percuma kita hanya buka rekening saja tapi kita tidak disiplin," imbuhnya.
Kata dia, anak-anak merupakan generasi yang sangat menentukan nasib Indonesia ke depan. Untuk itu, selain menabung, Sutiaji juga meminta anak-anak untuk kreatif dalam memanfaatkan tabungannya itu.
"Dengan Kejar ini harapannya anak-anakku sekalian membiasakan diri untuk selalu menabung dan menabung dan bagaimana tabungannya bisa berkembang dengan kreativitas," pungkasnya.
Untuk diketahui, Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) merupakan program yang diselenggarakan oleh OJK bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang bertujuan agar para siswa memiliki rekening sendiri sehingga dapat mengelola keuangan serta menumbuhkan perilaku hemat dan menabung sejak dini, sehingga mereka memiliki kemandirian dalam mengelola keuangan pribadi.