Warung lalapan Lamongan memang sangat populer di Kota Malang. Bahkan hingga saat ini ada ratusan warung yang menjajakan makanan kaki lima yang rasanya sangat khas tersebut.
Tapi apakah masyarakat tahu mengenai seluk beluk penjual lalapan Lamongan yang tergabung di Paguyuban Warung Bugoharjo Lamongan (PWBL)?
Baca Juga : Kangen Suasana Pantai di Masa Pandemi? Coba Sajian Khas Pantai Ini di Jombang
Mengais rezeki di kota orang memang tidak semudah yang dibayangkan, ada sebuah perjuangan di dalamnya yang membuat sang perantau harus bisa menarik perhatian masyarakat untuk bisa melihat produk yang dijual. Terutama bagi penjual makanan lalapan Lamongan yang dalam 10 tahun terakhir ini sangat berkembang di Kota Malang.
Jika anda masyarakat Kota Malang atau Kabupaten Malang, tentu tidak asing lagi dengan Lalapan Lamongan yang banyak berjajar di jalanan. Namun apakah ada yang mengetahui bahwa penjual lalapan Lamongan tersebut adalah orang satu desa yang merantau dan menyajikan masakan khususnya lalapan.
Memang tidak banyak yang tahu tentang PWBL yang di dalamnya adalah mayoritas penjual makanan lalapan Lamongan yang biasa dinikmati oleh masyarakat Kota Malang untuk membuat rasa lapar hilang. Tapi tidak hanya sekadar warung, warung-warung lalapan Lamongan itupun memiliki ciri khas seperti melalui sambelnya atau justru masakannya yang selalu diingat oleh lidah masyarakat.
Paguyuban Warung Bugoharjo Lamongan (PWBL) berdiri sejak tahun 1990an awal dan hingga tahun 2020 ini masih aktif dan sering bertemu meski hanya sekadar saling sharing tatap muka tentang usahanya masing-masing.
Dinamakan PWBL karena Bugoharjo sendiri adalah suatu desa di Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan. Dan saat ini mayoritas warganya merantau ke kota orang untuk mengais rezeki dengan berjualan makanan.
"Masih aktif sampai sekarang, setiap bulan ketemu. Tapi di masa pandemi ini kami bertemu hanya beberapa kali saja karena kami juga mengikuti anjuran pemerintah supaya tidak semakin membuat penyebaran covid-19 semakin luas," ujar Ketua PWBL Malang Raya, Muhammad Yusuf.
Dikatakan Yusuf, anggota PWBL saat ini mencapai kurang lebih 80 orang namun yang selalu aktif 50 orang. Dan rata-rata meraka adalah penjual makanan lalapan Lamongan di wilayah Malang Raya.
"Kami ketemunya untuk silaturahmi, sharing usaha juga dan menggalang dana untuk warga yang kesusahan baik di desa kami sendiri Bugoharjo ataupun warga Kota Malang yang membutuhkan, kami juga kontribusi," ungkap Yusuf.
Baca Juga : Ingin Ngopi Kualitas Bintang Lima Harga Kaki Lima? Datang ke Banyuwangi
Lanjut Yusuf, PWBL sendiri didirikan oleh seorang anggota TNI bernama Madari yang juga warga Desa Bugoharjo. Dan ketika didirikan tahun 1990an itu masih bertugas di Malang. "Pendiri PWBL, pak Madari waktu itu bertugas di Malang, lalu juga ada Pak Marji, H. Kartiman, H Khoirus Sobah. Dan awalnya itu anggota PWBL kurang lebih masih 20-an orang," kata Yusuf.
Sementara itu, Sekretaris PWBL Nopi Purwo Irawan mengatakan bahwa tujuan didirikan PWBL itu juga untuk membina mental pengusaha baru khususnya yang menjadi anak rantau.
"Kami juga membina mental para pemuda, karena tidak mudah bekerja di kota orang mulai merintis dari awal. Apalagi pemuda yang misalnya disuruh mendorong gerobak, rasa malu pasti ada, tapi kita mencari uang. Maka dari itu kami juga ada pembinaan untuk pemuda juga," ungkap Nopi.
Tak hanya lingkup lokal, paguyuban warga Bugoharjo juga memiliki perkumpulan se Indonesia yang dinamakan Persatuan Perantauan Warga Bugoharjo (PPWB). Untuk sekretariat nya sendiri PPWB ada di Kecamatan Setu, Bekasi, Jawa Barat.
"Untuk ketuanya sendiri saat ini PPWB dipimpin H. Iksan. Dan setiap tahun kami ada kegiatan semisal untuk menyumbang ke desa waktu bersih desa, lalu mengadakan khitan massal dan aksi sosial lainnya," kata Nopi.
"Harapan kami baik PWBL ataupun PPWB itu bisa lebih guyub lagi, lebih maju lagi. Jadi selain silaturahmi, sharing usaha, kami juga ada manfaat nya bagi sekitar, tidak sekadar kumpul," imbuhnya mengakhiri.