Masyarakat dihebohkan dengan munculnya iklan vulgar di salah satu situs belajar anak. Hal ini tentunya membuat para orangtua khawatir anak-anak akan terpapar pornografi saat mereka mengandalkan internet untuk belajar.
Dilansir melalui tayangan channel YouTube tvOne, hal itu diketahui melalui rekaman yang memperlihatkan seorang ibu tengah membuka website yang berisi soal-soal untuk pembelajaran online.
Baca Juga : Mengaku Ada Kepentingan Politik, Pelaku Seni di Malang Ancam Bakal Lakukan Aksi Susulan
Namun, beberapa saat scrolling, ditemukan iklan yang vulgar dan dirasa tak pantas dilihat oleh anak-anak.
Bahkan, ibu itu terkejut sampai berteriak saat melihat iklan vulgar tersebut. "Aaaaa...Astaghfirullah, terus kalau anak-anak lihat ini bagaimana ya, wes tutup-tutup," kata ibu itu.
Terkait hal ini, Pakar IT Ruby Alamsyah saat dihubungi melalui virtual mencoba menjelaskan kenapa iklan tersebut bisa muncul di website pembelajaran online.
Iklan pop-up akan muncul di sebuah website, kata Ruby, hal itu terjadi saat pengelola memang menyediakan fasilitas atau opsi untuk menampilan iklan dari pihak ketiga.
"Misalnya yang umum buka website media online atau apapun, itu ada beberapa iklan yang generate, seperti Google Adsense atau perusahan advertising agency lainnya," katanya.
Lebih lanjut, Ruby mengatakan jika perusahaan besar seperti Google Adsense akan menampilkan iklan yang lebih smooth, pas dan aman yang menyesuaikan dengan keinginan media online itu sendiri.
"Termasuk bisa melarang iklan-iklan berbau dewasa," tegasnya.
Ruby menduga jika pengelola website pembelajaran itu memperbolehkan iklan masuk tanpa melakukan seleksi. Sehingga, iklan vulgar tersebut bisa ada saat diakses.
Di sisi lain, Ruby menjelaskan bagaimana cara kerja iklan yang ditampilkan para konsumen. Ia menyebutkan iklan yang tersaji dalam sebuah website disesuaikan dengan profil konsumen.
Baca Juga : Jadi Tersangka, Petisi Bebaskan Jerinx SID Ditandatangani Puluhan Ribu Orang
"Misalnya profilnya seorang dewasa laki-laki atau perempuan, ya ditampilkan ada produk dewasa apa. Kesalahan dari pengelola website ini dia tidak melakukan filter konten-konten dewasa," tegas Ruby.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) lantas meminta agar Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) segera bergerak cepat untuk menyisir serta memfilter konten yang berbahaya untuk anak-anak.
"Kita mendorong berbagai pihak untuk menindaklanjuti kalau ada unsur pidananya tentu pihak berwenang penting mendalami kasus ini," ujar Ketua KPAI, Susanto.
Susanto juga mengatakan hal itu sangat rentan mempengaruhi perilaku anak-anak. KPAI juga berharap agar orangtua tetap bisa mendampingi anak-anak belajar online agar aktivitas mereka bisa terpantau.