Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Politik

Musda Golkar Makin Panas, Dua Kandidat Berebut Aklamasi

Penulis : Suwaris - Editor : A Yahya

22 - Jul - 2020, 18:27

Placeholder
Foto suwaris/jatimtimes/ Ady Kriesna dan Kukuh Raharjo mengapit ketua DPD Golkar Supriadi

Bondowoso-Musda Partai Golkar Bondowoso semakin hari semakin panas. Lobi-lobi politik mulai dilakukan oleh dua orang kandidat yang akan bertarung di Musda Partai Golkar. Keduanya mulai menancapkan kekuatan politiknya guna meraih tampuk pimpinan Ketua DPD Golkar. Bahkan jika memungkinkan, mereka akan menuntaskannya melalui jalur aklamasi.

"Partai Golkar itu dinamis. Kita memiliki kader terbaik. Kita siapkan ruang itu kepada para kader untuk berkompetisi di Musda. Kompetisi ini adalah ruang paling baik bagi kader sebagai bentuk loyalitas dan menguji kemampuan diri. Siapapun kader yang akan bertarung di Musda kita beri dukungan dan support " ujar Supriadi SE, Ketua DPD Partai Golkar, Rabu (22/7/2020)

Sementara itu, dua kader terbaik Partai Golkar yang dipastikan maju di Musda baik Ady Kriesna maupun Kukuh Raharjo terus melakukan lobi lobi politik ditingkat Pengurus Kabupaten (PK).

Tak kalah pentingnya, mereka juga juga melakukan lobi politik ditingkat elit. Ady Kriesna misalnya, mantan Ketua Cabang HMI Jember yang juga anggota DPRD Bondowoso ini memang tidak secara terang terangan mengaku akan maju di Musda, namun gerakan politik yang dilakukan terbaca dan dimengerti oleh para kader partai.

Berbeda dengan  Kukuh Raharjo, anggota DPRD yang juga dikenal sebagai pengusaha sukses ini menyatakan kesiapannya untuk bertarung di Musda Golkar. Ketua KNPI ini bahkan siap bertarung merebut Ketua DPD partai secara fair tanpa ada intervensi dari pihak manapun. "Saya siap bersaing secara sehat," ungkapnya.

Menanggapi hal itu, Ketua PDK Kosgoro 1957 Kabupaten Bondowoso, Abdul Aziz ST, menjelaskan bahwa Partai Golkar adalah partai oligarki. Kemungkinan Kukuh lolos dan bisa merebut kursi ketua cukup terbuka. 

"Sejarah juga membuktikan bahwa pimpinan Partai Golkar selalu berasal dari pengusaha lulusan teknik. Sedikit sekali yang berlatar belakang aktivis,"ujarnya.

Ia melanjutkan, dalam sejarah kepemimpinan Partai Golkar, setelah dari Era Soeharto, partai Golkar selalu dipimpin pengusaha dan atau sarjana tehnik.

Sebut saja Ir. Akbar Tanjung, Jusuf Kalla, Aburizal Bakri dan yang saat ini adalah sarjana tehnik dan pengusaha.

"Mengapa Partai Golkar selalu solid dan mampu memainkan peran walau dipimpin orang orang tehnik, sebab Partai Golkar dari berdirinya tidak disetting sebagai partai oposisi, tapi partai profesonal, yang didalamnya banyak para pengusaha," ujarnya.

Aziz juga mencontohkan Ketum Golkar saat ini yakni Ir. Erlangga Hartanto yang bukan aktifis, melainkan sarjana tehnik dan pengusaha, sama hal nya dengan Ir. Aburizal Bakri. 

"Kukuh itu politisi yang sarjana tehnik, dimana S-1 dia di IPB dan S-2 dia di ITS," terangnya.

Sementara itu, mantan ketua Cabang HMI Malang, yang kini sebagai advokad di Jember, Ahmad Subhan SH menggarisbawahi bahwa sejarah kepemimpinan partai golkar di pusat tidak bisa serta merta bisa ditarik ke daerah. Sebab di daerah, salah satu faktor terkuat yang mampu mempengaruhi kekuatan oligarki adalah para pinisepuh dan elit politik yang strong. 

"Terlalu naif jika hal itu ditarik ke daerah. Politik nasional tak bisa dipukul rata dengan politik lokal sebab variabel yang bermain di lokal itu beda. Apalagi struktur sosialnya Seperti bondowoso. Di Bondowoso struktur politiknya adalah patron klen, maka siapapun yang akan memimpin parpol maka harus terkoneksi  dengan kekuatan itu. Lokal strong man adalah kunci utamanya. Ia bisa menjadi penentu kekuatan politik. Maka kalau hanya pengusaha ya tidak cukup, apalagi tidak mampu membangun relasi dan membangun komunikasi dengan politik yang saya sebut strong man ini," katanya.

Seorang pengusaha, biasanya berbicara untung rugi, sementara politik tidak seperti itu.

"Ady Kriesna itu adalah aktivis, tentu aktivis itu pandangannya ke depan. Ia berbagi, tidak memikirkan untung rugi," terangnya.

Sementara Ketua Pengurus Kecamatan (PK) Maesan, Ahmad Sadad menjelaskan bahwa Kriesna sudah mengantongi 75% suara.

"Jadi dia sudah pasti calon tunggal. Sebab Pasal 49 Juklak Partai Golkar tentang Musyawarah dan Rapat-Rapat mengatakan bahwa calon yang memperoleh suara diatas 50%+1 sudah bisa ditetapkan sebagai Ketua terpilih,” ujarnya. (*) 


Topik

Politik



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Suwaris

Editor

A Yahya