Hama tikus menjadi musuh utama petani. Segerombolan tikus bisa menghancurkan lahan dalam semalam.
Maka dari itu. petani kerap melakukan pembasmian hama tikus, baik dengan gropyokan (menangkap tikus beramai-ramai) hingga dengan memasang perangkap dan umpan beracun.
Baca Juga : 4 Lagi Warga Batu Sembuh dari Covid-19, Total Sudah 29 Orang
Selain cara di atas, petani juga memanfaatkan predator alami tikus seperti burung hantu Tito Alba untuk membasmi hama ini.
Namun tidak demikian yang dilakukan warga Desa Jarakan, Kecamatan Gondang, Tulungagung. Mereka membasmi tikus dengan mengadakan selamatan. Hal itu dilakukan sebagai bentuk nguri-uri (melestarikan) adat istiadat di tempatnya. Dalam selamatan ini, mereka juga berdoa kepada Sang Pencipta agar dijauhkan dari hama tikus.
“Sebagai bentuk melestarikan budaya, kami mengadakan selamatan untuk meminta agar terhindar dari serangan hama tikus,” ujar Kepala Desa Jarakan Suad Bagio.
Selamatan dilakukan di tengah sawah Desa Jarakan dengan dipimpin oleh tokoh desa setempat.
Efektif? Suad melanjutkan, selamatan yang dilakukan, selain melestarikan budaya, juga untuk mengumpulkan petani di desanya. “Dengan selamatan ini, kita bisa bertemu dan bertukar pikiran apa yang harus dilakukan untuk membasmi hama tikus,” terangnya.
Desa Jarakan sendiri selama lima tahun terakhir selalu diserang hama tikus meski belum dijadikan wilayah endemik hama tikus. Namun, kehadiran hama tikus cukup mengganggu aktivitas pertanian di Desa Jarakan.
Baca Juga : Lawan Covid-19! Bupati Jombang Resmikan Desa Terpencil jadi Kampung Tangguh
Sementara itu, salah satu petani, Jono, mengatakan berbagai cara sudah dilakukan untuk membasmi hama tikus. Selamatan adalah salah satunya. “Kami rutin melakukan gropyokan,” ujar pria yang juga menjabat ketua Kelompok Tani Sri Rejeki Desa Jarakan.
Dari berbagai usaha yang dilakukan, terbukti serangan hama tikus berkurang meski masih tetap ada.
Jono berharap serangan hama tikus bisa berkurang drastis sehingga petani bisa menikmati hasil panennya.