Lagi-lagi pelayanan Pemkot Surabaya terkait covid-19 dikeluhkan warga. Kali ini warga mengeluhkan perihal tes swab melalui mobil PCR.
Sebagai mana diketahui, Pemkot Surabaya dipinjami tiga mobil PCR. Satu dari BIN (Badan Intelijen Negara) dan dua dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) melalui BPBD Pemprov Jatim.
Jika tiga mobil tersebut sedang berada di Surabaya, maka biasanya Pemkot Surabaya mengumumkan rapid test swab secara masal di tiga tempat sekaligus hingga warga biasanya berkerumun dan tanpa memperhatikan physical distancing.
Seperti halnya yang terjadi di dekat Masjid Al-Akbar, Rabu (3/6) siang, warga terlihat tidak disiplin perihal jaga jarak dan tanpa ada peringatan dari petugas. Hal itu dikhawatirkan bisa menjadi cluster baru penyebaran covid-19.
Selain soal physical distancing, ada warga yang juga merasa di-PHP. Misalkan soal mendadak batalnya test swab di Kantor PMK UPTD IV Wiyung pada hari Rabu (3/6) siang juga.
Salah satu pendaftar rapid test, Soleha, mengaku kecewa karena tes batal digelar. Padahal dia harus datang pagi-pagi dari Bangkalan.
"Sebenarnya saya tahu di Surabaya ada dua tes gratis hari ini. Di Masjid Al Akbar dan Wiyung. Saya datang ke Wiyung karena lebih dekat, eh nggak tahunya batal. Tahu begitu tadi langsung ke Al Akbar," kata perempuan yang dalam kesehariannya mencari nafkah di Surabaya itu.
Soleha melakukan rapid test karena kewajiban yang diberlakukan di tempatnya bekerja. Setelah libur Lebaran dan kembali masuk kerja, ia lebih dulu diminta melakukan rapid test oleh bosnya.
Selain itu, ada warga lain yang tak ingin disebutkan namanya pada Sabtu (30/5) jauh-jauh datang ke Gelora Pancasila dari daerah Surabaya sebelah barat. Warga tersebut kecewa karena ada kendala hingga diminta datang lagi dan belum sempat ikut swab meski sudah antre lama. "Alasannya alatnya habis, jadi terkendala. Tidak tahu itu apa," ungkap dia.
Pria ini juga datang hendak meminta swab tak sendirian, melainkan bersama dua anggota keluarga lain. Mereka sebelumnya sempat mengikuti rapid test dan hasilnya menunjukkan reaktif.
"Saya datang setelah diminta puskesmas di tempat kami. Harusnya ada jadwal dan sesuai giliran," imbuhnya.
Mengenai banyaknya komplain di lapangan ini, SurabayaTIMES pun kemudian coba melakukan konfirmasi ke Kabag Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara. Namun telepon serta pesan singkat yang terkirim belum dia respons.