Seniman muda Abqoriyin Hizan menggelar pameran tunggal keenam bertajuk Buah Hati. Sebanyak 25 karya lukisan, seni instalasi, dan mural bergaya dekoratif disajikan selama tiga hari di Gaco Working Space Jalan Sudimoro, Kota Malang.
Meski mengangkat tajuk Buah Hati, karya-karya yang ditampilkan tidak lantas hanya menampilkan sosok bayi atau anak-anak. Abqoriyin Hizan mengungkapkan, makna Buah Hati tersebut merepresentasikan manusia-manusia yang lahir dari rahim ibu. "Jadi, interpretasi Buah Hati ini sangat luas. Ibu juga bermakna luas sebagai bumi. Kesadaran atas kelahiran, juga antara kesinambungan alam semesta," ujar Ari, sapaan akrabnya.
Beberapa karya yang dipamerkan misalnya berjudul Pancer. Menurut pria kelahiran Bondowoso itu, Pancer merupakan karya pertama dari rangkaian Buah Hati. "Lukisan tersebut berupaya mengungkapkan sisi baik dan buruk manusia yang dikendalikan secara naluriah melalui pancer," terangnya, hari ini (9/8/2019).
Beberapa tokoh dari legenda rakyat juga ditampilkan. Misalnya lukisan yang menggambarkan sosok Lembu Suro dan Dewi Kilisuci dari legenda Gunung Kelud. Ada juga yang menampilkan ragam dekoratif seperti lukisan berjudul Krisnadi. "Saya menampilkan permainan simbol semesta misalnya bunga, bintang. Tapi juga bisa dimaknai keris artinya ageman, dan nadi atau kehidupan," sebutnya.
Ari mengaku menggarap karya-karya tersebut selama satu bulan terakhir. Meski eksekusinya cepat, sebelumnya alumni Seni Rupa Universitas Brawijaya (UB) Malang itu melakukan kurasi ide cukup lama. Selain itu, dia juga berupaya menggali unsur-unsur dekoratif yang muncul di Jawa. "Sebelumnya saya banyak membuat karya pop art, tetapi kali ini dipadukan dengan elemen-elemen dekoratif yang diambil dari Jawa dan Nusantara," tuturnya.
Selain memanfaatkan media lukis yang lazim yakni kanvas dan cat minyak, Ari juga berkarya di media lain. Misalnya karya berjudul Bocah Angon dan Panji yang memanfaatkan tirai bambu. Juga mural berukuran masing-masing 6x4 meter berjudul Putri Agung dan Manunggal. "Karya ini saya gambarkan di media seng bergelombang menggunakan cat semprot. Karya Manunggal ini menampilkan sosok sufi dan penyair Jalaluddin Rumi," ucapnya.
Dia menambahkan, pameran tunggal Buah Hati tersebut merupakan sebuah kontemplasi kesadaran diri yang tak kunjung selesai. "Gejolak realitas memaksa pada sebuah keadaan yang menuntut karya tetap berpijak pada tanah tanpa rekayasa. Proses yang panjang pada hidup manusia untuk berdamai dengan makna, dan kelahiran atau kematian," pungkasnya.