Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar intens melakukan pemantauan pergerakan kondisi kekeringan di seluruh wilayah Kabupaten Blitar. Upaya ini dilakukan agar bisa menentukan bentuk penanganan bencana bila bencana kekeringan datang sewaktu-waktu.
Berdasarkan prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), awal bulan depan diperkirakan intensitas hujan mulai berkurang atau bahkan tidak turun lagi. Mei merupakan awal dari musim kemarau tahun ini. “Berdasarkan prakiraan cuaca tersebut, awal musim kemarau di wilayah Kabupaten Blitar diperkirakan bulan Mei,” ungkap Kepala BPBD Kabupaten Blitar, Heru Irawan.
Dengan demikian, bulan ini memasuki masa peralihan atau pancaroba, dari musim hujan ke musim kemarau. Lanjut dia, selama musim pancaroba atau peralihan, beberapa wilayah di Kabupaten Blitar masih terjadi hujan, meski tidak merata. "Meskipun masih turun hujan, tapi intensitasnya sudah berkurang, tidak seperti bulan sebelumnya yang hampir setiap hari turun hujan," imbuhnya.
Heru memastikan, pihaknya juga akan tetap rutin memberikan informasi kondisi cuaca kepada masyarakat Kabupaten Blitar. Sebab selama pancaroba masih rawan terhadap bencana alam, karena kondisi cuaca sulit diprediksi. "Selama pancaroba terkadang panas terus tiba-tiba mendung dan langsung hujan," ujarnya.
Lebih dalam menjelang pergantian musim ini, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk waspada di musim kemarau. Sebab sebagian wilayah di Kabupaten Blitar, juga rentan bencana alam di musim kemarau. "Tidak hanya musim hujan saja, musim kemarau juga rawan bencana, yakni bencana kekeringan," kata dia.
Menurut dia, rata-rata wilayah di Kabupaten Blitar yang rawan terhadap bencana kekeringan dan kesulitan air bersih yakni, daerah yang berada di wilayah selatan. Seperti Kecamatan Wates, Kecamatan Panggungrejo, Kecamatan Wonotirto, dan Kecamatan Bakung. "Kabupaten Blitar bagian selatan memang rawan terhadap kekeringan di musim kemarau," tuntasnya.