Pentungan Sari: Destinasi Wisata Keluarga dengan Keindahan Alam dan Tradisi Lokal Toyomarto

JATIMTIMES – Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang tengah mencuri perhatian berkat keindahan alamnya yang memukau. Salah satu destinasi wisata unggulan yang menjadi ikon desa ini adalah Pemandian Pentungan Sari, lokasi wisata yang menawarkan keindahan alam serta kekayaan budaya yang khas.

Pentungan Sari menawarkan konsep wisata keluarga yang ramah dan menyenangkan. Dengan fasilitas gazebo yang nyaman, pendopo untuk pertemuan, kolam pemandian alami, dan suasana asri, tempat ini menjadi pilihan ideal untuk menghabiskan waktu bersama orang tercinta. 

Baca Juga : Tips Memilih Cincin Anniversary, Simbol Abadi Perjalanan Cinta

Memasuki kawasan pemandian, pengunjung bakal disuguhkan dengan adanya gapura yang menampilkan kesan seperti area kerajaan. Didalam lokasi, pengunjung juga bakal menjumpai arca-arca dan juga dua kolom renang dan sebuah sumber mata air. Belum lagi, pepohonan tua dan besar yang menambah suasana disekitar lokasi begitu sejuk.

Terletak di lingkungan yang sejuk dikelilingi pepohonan besar, Pemandian Pentungan Sari menjadi daya tarik bagi pengunjung lokal maupun luar daerah. Airnya yang jernih bersumber langsung dari mata air alami di sekitar lokasi, menjadikan pengalaman berenang semakin menyegarkan. Pengunjung dapat menikmati suasana alam yang asri sembari bersantai di gazebo-gazebo yang disediakan.

Kepala Desa Toyomarto Sumito menjelaskan bahwa Pentungan Sari bukan hanya sekadar tempat pemandian, tetapi juga wujud pemberdayaan potensi desa yang dikelola oleh BUMDesa (Badan Usaha Milik Desa). "Sejak dibuka pada 2018, kami terus berupaya mengembangkan Pentungan Sari agar menjadi destinasi yang ramah keluarga sekaligus memberdayakan warga setempat," ungkapnya ketika diwawancarai, Sabtu (18/1/2025).

Tidak hanya menyuguhkan keindahan alam, Pentungan Sari juga menjadi pusat pelestarian tradisi budaya lokal. Salah satu acara budaya tahunan yang menarik perhatian adalah Grama Tirta, yang memiliki arti "desa di atas air". Tradisi ini diadakan setiap tanggal 18 Oktober dan melibatkan seluruh warga desa untuk menyatukan tanah dan air dari tujuh dusun dalam sebuah doa bersama...

Baca Selengkapnya