Harga Sapi Anjlok di Pasar Dimoro Kota Blitar, Peternak Terhimpit Dampak Wabah PMK
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
06 - Jan - 2025, 01:46
JATIMTIMES – Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) kembali merebak di Kota Blitar, membawa dampak serius pada perekonomian peternak sapi. Harga sapi di Pasar Hewan Dimoro, yang biasanya menjadi pusat perdagangan ternak, anjlok tajam hingga Rp 2 juta sampai Rp 3 juta per ekor.
Abdulrokhim, salah satu peternak sapi, mengungkapkan kondisi pasar yang sepi selama tiga pekan terakhir akibat kekhawatiran akan wabah PMK. "Biasanya sapi saya bisa laku Rp 8 juta, sekarang hanya dihargai Rp 6 juta," ujarnya pada Senin (6/1/2025). Rokim, yang masih memiliki lima ekor sapi di kandang, memilih menunda penjualan sambil berharap wabah ini segera mereda dan harga sapi kembali stabil.
Baca Juga : Viral! Klinik Kecantikan Oriskin Diduga Jebak Pelanggan Bayar dengan Pinjaman Online
Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Blitar, Hakim Sisworo, jumlah sapi yang masuk ke Pasar Hewan Dimoro menurun drastis. Dalam kondisi normal, pasar ini dapat menerima lebih dari 500 ekor sapi pada hari pasaran Pon dan Legi. Namun, merebaknya wabah PMK membuat peternak enggan membawa ternaknya ke pasar.
Sidak DKPP: Sapi Dimoro Bebas PMK, Tapi Kasus Terus Bertambah
Meski situasi perdagangan melemah, hasil inspeksi mendadak (sidak) oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Blitar menunjukkan tidak ada sapi di Pasar Dimoro yang terjangkit PMK. "Kami menemukan beberapa sapi yang mengalami diare dan demam, tetapi tidak ada yang terindikasi PMK atau Lumpy Skin Disease (LSD)," jelas Kepala DKPP, Dewi Masitoh.
Dewi menambahkan, pihaknya terus melakukan langkah preventif, termasuk pemeriksaan kesehatan rutin dan imbauan kepada peternak untuk menjaga kebersihan kandang serta segera memvaksinasi sapi. "Vaksinasi adalah langkah penting agar sapi memiliki kekebalan terhadap PMK," katanya.
Namun, data terbaru menunjukkan kasus PMK di Kota Blitar bertambah menjadi 18, dengan satu ekor sapi mati akibat penyakit ini. DKPP juga mengupayakan pembatasan lalu lintas sapi untuk menekan penyebaran wabah.
Koordinasi Pemerintah: Penutupan Pasar Masih Dipertimbangkan
Pasar Hewan Dimoro, yang menjadi tempat pertemuan peternak dari dalam dan luar Kota Blitar, menjadi sorotan pemerintah. Hakim Sisworo menyatakan, pihaknya sedang berkoordinasi dengan DKPP untuk menentukan langkah lanjutan, termasuk kemungkinan penutupan pasar jika kasus PMK terus meningkat.
"Kami meminta para pedagang dan peternak untuk tidak panik. Keputusan apa pun nantinya akan diambil berdasarkan hasil evaluasi dan demi kepentingan bersama," kata Hakim.
Baca Juga : Menyelami Dunia Industri: Mahasiswa Akuntansi Unisba Blitar Belajar Langsung di Pabrik Pocari Sweat
Para peternak berharap pemerintah dapat segera mengendalikan situasi agar aktivitas perdagangan kembali pulih. "Kalau wabah ini terus berlanjut, kami yang kecil ini makin terjepit," ungkap Rokim dengan nada penuh harap.
Pemerintah Perlu Langkah Strategis
Situasi ini menuntut langkah strategis dari pemerintah, baik dalam penanganan wabah maupun pemulihan ekonomi peternak. Edukasi kesehatan ternak, percepatan vaksinasi, dan pengawasan ketat terhadap lalu lintas ternak menjadi kebutuhan mendesak.
Di sisi lain, koordinasi lintas dinas harus dipertegas agar pasar tetap menjadi tempat yang aman bagi para peternak untuk memasarkan hasil ternaknya. Dampak ekonomi akibat anjloknya harga sapi di Pasar Dimoro menjadi peringatan bahwa wabah PMK bukan sekadar isu kesehatan, tetapi juga menyentuh aspek kehidupan masyarakat secara langsung.
Bagi para peternak seperti Abdulrokhim, harapan terbesar adalah normalisasi harga dan kembalinya kepercayaan peternak serta pembeli di pasar. Namun, tanpa upaya kolektif dari semua pihak, jalan menuju pemulihan masih tampak panjang.