Prasasti Pucangan yang Tersimpan di India: Menceritakan Kembali Kejayaan dan Kejatuhan Kerajaan Kahuripan
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
01 - Jan - 2025, 09:45
JATIMTIMES - Pada tahun 1041 Masehi (963 Saka), sebuah prasasti yang mengungkapkan sejarah penting kerajaan di Jawa Timur ditemukan di lereng Gunung Penanggungan, Mojokerto. Prasasti tersebut, yang kini tersimpan di Museum India di Kalkuta, India, dikenal sebagai Prasasti Pucangan.
Sejarah dan maknanya membawa kita menyelami kejayaan dan tragedi yang melingkupi Kerajaan Kahuripan di bawah pemerintahan Raja Airlangga, seorang tokoh besar dalam sejarah Indonesia yang juga dikenal sebagai pendiri dinasti Isyana.
Pentingnya Prasasti Pucangan dalam Sejarah
Baca Juga : Tanggapan Jokowi usai Masuk Finalis Pemimpin Terkorup Dunia 2024 Versi OCCRP: Banyak Fitnah
Prasasti Pucangan memberikan gambaran mendalam tentang kehidupan politik dan sosial pada masa Raja Airlangga. Ditulis dalam dua bahasa, Sanskerta dan Jawa Kuno (Kawi), prasasti ini tidak hanya mengandung informasi tentang peristiwa penting, tetapi juga mencatat silsilah raja dan latar belakang sejarahnya. Namun, bagian yang paling menarik adalah penuturan tentang peristiwa yang mengubah jalannya sejarah Kerajaan Kahuripan: Mahaparalaya.
Mahaparalaya adalah tragedi besar yang mengguncang kerajaan, menyebabkan kematian banyak bangsawan dan peristiwa pelarian Raja Airlangga. Dalam prasasti ini, Airlangga dijelaskan sebagai sosok yang tidak hanya menghadapi pertempuran besar, tetapi juga harus bertahan hidup dan melanjutkan perjuangannya meskipun dalam kondisi yang penuh cobaan. Keberadaan prasasti ini menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang kerajaan besar tersebut, yang akhirnya melahirkan kerajaan-kerajaan besar lainnya di Pulau Jawa.
Silsilah Raja Airlangga: Keturunan yang Memimpin Kerajaan
Prasasti Pucangan bukan hanya mencatat peristiwa politik dan peperangan, tetapi juga merinci silsilah kerajaan yang memegang peranan penting dalam sejarah Jawa. Salah satu tokoh utama yang disebutkan adalah Mpu Sindok, pendiri Dinasti Isyana dan leluhur Raja Airlangga. Di bawah kepemimpinan Mpu Sindok, Dinasti Isyana mencapai masa kejayaan, menandai awal perjalanan panjang kerajaan ini.
Sri Isyana Tunggawijaya, putri dari Mpu Sindok, meneruskan kepemimpinan dinasti dan memperkuat posisinya dalam sejarah. Ia menikah dengan Sri Lokapala, yang bersama-sama menjadi bagian penting dari silsilah kerajaan yang tercatat dalam prasasti. Dari pernikahan ini lahirlah Sri Makutawangsawardhana, yang kemudian melanjutkan kepemimpinan dinasti dan memainkan peran signifikan dalam menjaga kejayaan kerajaan.
Selanjutnya, Gunapriyadharmapatni atau Mahendradatta, putri dari Sri Makutawangsawardhana, menikah dengan Raja Bali, Udayana. Pernikahan ini menyatukan dua kekuatan besar antara Jawa dan Bali, yang menghasilkan keturunan penting, yaitu Raja Airlangga. Airlangga kelak menjadi figur sentral dalam sejarah Jawa, memimpin Kahuripan dan membangun fondasi yang kokoh bagi masa depan kerajaannya.
Dengan warisan keluarga yang begitu kaya dan pengaruh besar, Raja Airlangga lah yang memimpin dan memulihkan kerajaan setelah bencana Mahaparalaya. Namun, kisah tragis ini tidak hanya berakhir dengan kejayaan yang dipulihkan, tetapi juga mencatat kisah para tokoh yang turut berperan dalam pelarian dan kebangkitan Airlangga.
Peristiwa Mahaparalaya: Tragedi yang Mengubah Segalanya
Mahaparalaya, yang tercatat dalam prasasti ini, adalah peristiwa besar yang mengguncang Kerajaan Medang dan mengakibatkan jatuhnya banyak bangsawan, termasuk mertua dan istri Raja Airlangga. Tragedi ini menyebabkan kerajaan terpecah dan memaksa Airlangga melarikan diri bersama beberapa pengikut setianya, termasuk Mpu Narotama, seorang pendamping yang turut membantu kebangkitan Raja Airlangga.
Setelah bencana tersebut, Airlangga dan pengikutnya mencari perlindungan di Lamongan, di Bukit Pataan, di mana mereka meminta bantuan kepada para resi atau pendeta yang tinggal di sana. Salah satu resi yang berperan besar dalam membantu Airlangga adalah Narotama, yang kemudian menjadi teman setia dan penasihat raja.
Baca Juga : Jokowi Masuk Finalis Pemimpin Terkorup Dunia Tahun 2024 Versi OCCRP
Dalam waktu singkat, Airlangga berhasil mengonsolidasikan kembali kekuasaannya dan memulai perjuangan untuk membangun kembali kerajaan yang hancur akibat peristiwa tersebut.
Para Tokoh Utama dalam Sejarah Kerajaan Kahuripan
Prasasti Pucangan tidak hanya mencatat kisah raja, tetapi juga berbagai tokoh yang turut mewarnai perjalanan sejarah Kerajaan Kahuripan. Nama-nama seperti Raja Wisnu Prabawa, Raja Wengker, Ratu Seperti Raksasa, Raja Wijayawarma, Raja Hasin, dan Raja Wurawari menjadi bagian dari catatan sejarah yang tak terpisahkan dari kisah Raja Airlangga.
Raja Wurawari, misalnya, adalah penguasa Banyumas yang kecewa karena tidak berhasil mempersunting Putri Mahkota Dharmawangsa Teguh. Kecewa dan amarahnya kemudian menjadi bagian dari latar belakang konflik-konflik yang muncul di sekitar pemerintahan Airlangga, menggambarkan bagaimana politik dan intrik kerajaan saling berkaitan dalam dinamika yang rumit.
Warisan Prasasti Pucangan: Dokumentasi Sejarah yang Berharga
Prasasti Pucangan bukan hanya artefak sejarah yang menyimpan data tentang pemerintahan Airlangga, tetapi juga menjadi bukti adanya koneksi antara Jawa dan India pada masa itu. Penemuan prasasti ini di lereng Gunung Penanggungan dan pemindahannya ke Museum India menggarisbawahi pentingnya artefak ini sebagai jembatan antara dua budaya besar. Melalui prasasti ini, kita tidak hanya melihat peristiwa-peristiwa besar yang terjadi, tetapi juga bagaimana kebudayaan Jawa kuno berinteraksi dengan dunia luar.
Melihat betapa kompleksnya narasi yang terukir dalam prasasti ini, kita dapat merasakan jejak-jejak sejarah yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Kisah tentang Raja Airlangga, yang berjuang untuk mempertahankan takhtanya setelah peristiwa Mahaparalaya, tidak hanya menjadi catatan sejarah semata, tetapi juga menjadi pelajaran tentang kekuatan, ketabahan, dan keteguhan dalam menghadapi krisis. Sementara, peran tokoh-tokoh seperti Mpu Narotama dan berbagai raja serta ratu lainnya menunjukkan betapa dinamika politik dan intrik antarbangsa mempengaruhi perjalanan sejarah.
Sebagai artefak sejarah yang menyimpan begitu banyak informasi penting, Prasasti Pucangan tetap menjadi harta karun yang tidak hanya menyimpan cerita tentang kerajaan-kerajaan besar di Jawa, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya dan peradaban yang berkembang di wilayah ini pada masa lalu. Meskipun sebagian dari tulisan dalam prasasti ini sulit dibaca, namun warisannya tetap menjadi tonggak sejarah yang tak ternilai harganya.