Jamasan Prasasti Karangtengah Kota Blitar: Menghidupkan Tradisi, Merawat Sejarah
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
A Yahya
03 - Aug - 2024, 02:19
JATIMTIMES - Di tengah hiruk-pikuk modernitas, tradisi jamasan pusaka tetap bertahan sebagai upaya menjaga nilai-nilai budaya dan spiritual. Pada bulan Suro, ritual jamasan dilakukan untuk membersihkan benda-benda pusaka agar tetap terawat dan berfungsi sebagai pelindung. Uniknya, di Kelurahan Karangtengah, selain jamasan pusaka, juga dilakukan jamasan prasasti, menambah keunikan tradisi tersebut.
Pada Sabtu (3/8/2024), jamasan prasasti Karangtengah dimulai dengan pengambilan air dari empat penjuru di kelurahan tersebut. Dilanjutkan dengan kirab budaya yang membawa tumpeng dan hasil bumi, rute kirab dimulai dari Jalan Sulawesi, melalui Jalan Sumba, dan berakhir di kantor kelurahan. Acara puncaknya adalah jamasan prasasti di kantor Kelurahan Karangtengah.
Tradisi Jamasan dan Nilai-nilainya
Baca Juga : Kolaborasi Unisba Blitar dan Uniska Kadiri Berdayakan Petani Gogodeso Melalui Program Agroecofarm
Tradisi jamasan pusaka pada bulan Suro bertujuan untuk mendapatkan keselamatan, perlindungan, dan ketentraman. Masyarakat percaya bahwa jika pusaka tidak dirawat, "isi" di dalamnya akan pudar atau hilang, dan hanya menjadi benda biasa. Selain itu, jamasan mengandung nilai-nilai budaya seperti kebersamaan, ketelitian, gotong royong, dan religiusitas. Nilai kebersamaan terlihat dari masyarakat yang berkumpul dan berdoa bersama demi keselamatan. Ketelitian tercermin dalam persiapan dan pelaksanaan upacara yang dilakukan dengan seksama. Nilai religius terlihat dari doa bersama yang ditujukan kepada Tuhan agar diberikan perlindungan dan kesejahteraan.
Keunikan Jamasan Prasasti Karangtengah
Selain jamasan pusaka, Kelurahan Karangtengah juga menggelar jamasan prasasti, menambah keunikan tradisi tersebut. Prasasti yang dijamas merupakan peninggalan sejarah dari masa Kerajaan Kanjuruhan dan diperkirakan dibuat pada abad ke-7 Masehi, pada masa Raja Rakai Dyah Panangkaran dari Kerajaan Kalingga atau Mataram Kuno.
Ketua Pokdarwis Wono Madyo Kelurahan Karangtengah, Sasmitro, menjelaskan pentingnya prasasti ini dalam sejarah Blitar. "Prasasti ini sebagai tonggak sejarah yang menunjukkan bahwa Blitar sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Dengan mengangkat prasasti ini, kita ingin mengedukasi masyarakat tentang sejarah panjang daerah kita," ujarnya...