Setelah UGM dan UII, Kini UI Sampaikan Petisi ke Jokowi: Negeri Kami Nampak Kehilangan Kemudi
Reporter
Binti Nikmatur
Editor
A Yahya
02 - Feb - 2024, 09:52
JATIMTIMES - Bukan hanya sivitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Islam Indonesia (UII) yang menyampaikan keresahannya jelang Pemilu 2024. Kini giliran puluhan guru besar dan alumni Universitas Indonesia (UI) yang menyampaikan keprihatinan atas hancurnya tatanan hukum dan demokrasi.
Adapun keresahan para sivitas akademika UI itu disampaikan di Halaman Rektorat Kampus UI, Depok, Jawa Barat pada Jumat (2/2/2024). Ketua Dewan Guru Besar UI dijabat oleh Prof. Harkristuti Harkrisnowo menyampaikan bahwa UI adalah kampus perjuangan. Di mana UI telah melahirkan para petarung yang berdiri paling depan dalam menghadapi berbagai peristiwa berat bangsa ini. "Para pendahulu kami, bahkan telah menumpahkan darahnya: Arif Rahman (1965), Yun Hap (1998), dan tak terbilang yang dipenjara tanpa pengadilan tahun 1974 dan 1978 karena menolak penguasa otoritarian," ungkapnya.
Baca Juga : Dari AICIS-23: Memahami Ulang Pesan Agama
"Sungguhpun nampak diam, tenggelam dalam kerja-kerja akademik di ruang kelas, ruang seminar, laboratorium, berdiam diri dalam tumpukan buku, atau menulis gagasan di ujung pena; tetapi kami tetap mewaspadai hidupnya demokrasi dan mewaspadai kedaulatan tetap di tangan rakyat," sambungnya.
Harkristuti menilai dalam lima tahun terakhir, khususnya jelang Pemilu 2024, UI kembali terpanggil untuk menabuh genderang, membangkitkan asa, dan memulihkan demokrasi negeri yang terkoyak. "Negeri kami nampak kehilangan kemudi akibat kecurangan dalam perebutan kuasa, nihil etika, menggerus keluhuran budaya serta kesejatian bangsa," ungkapnya.
"Kami, Warga dan Alumni Universitas Indonesia prihatin atas hancurnya tatanan hukum dan demokrasi. Hilangnya etika bernegara dan bermasyarakat, terutama korupsi, kolusi, dan nepotisme telah menghancurkan kemanusiaan, serta merampas akses keadilan kelompok miskin terhadap hak pendidikan, kesehatan, layanan publik, dan berbagai kelayakan hidup," imbuhya.
Menurut Harkristuti, keserakahan atas nama pembangunan tanpa naskah akademik berbasis data, tanpa kewarasan akal budi dan kendali nafsu keserakahan, telah menyebabkan semakin punahnya sumberdaya alam hutan, air, kekayaan di bawah tanah dan laut, memusnahkan keanekaragaman hayati, dan hampir semua kekayaan bangsa...