Dibalas Mahfud, Menteri LHK Langsung Buka Suara: Bukan Beda Cara Baca tapi Data GFW Harus Dikoreksi

Reporter

Mutmainah J

Editor

Dede Nana

24 - Jan - 2024, 06:21

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya. (Foto dari internet)


JATIMTIMES - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya dan Presiden/CEO World Resources Institute (WRI Global) Ani Dasgupta mengoreksi data deforestasi dari Global Forest Watch (GFW). 

Siti mengungkapkan, pihaknya mengoreksi perhitungan GWF yang memasukkan kawasan non-hutan alam.

Baca Juga : Menjadi Wadah Asah Kepemimpinan, Generasi Muda Diminta tak Anti Politik

"Memasukkan kawasan non-hutan alam dalam perhitungan deforestasi versi Global Forest Watch, jelas salah. Proses koreksi terus dilakukan melalui kemitraan teknis dengan WRI," kata Siti dalam kunjungan kerja lapanganya di Taman Nasional Sebangau bersama Kepala Urusan Kehutanan Amerika Serikat (USFS) Randy Moore seperti dikutip dari keterangan pers tertulisnya, Rabu (24/1/2024).

Ia menjelaskan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan WRI telah melakukan koreksi terhadap data deforestasi Indonesia 2022 versi GFW hampir 54%. 

Data sebelumnya menyebutkan seluas 230 ribu hektare berubah menjadi 107 ribu hektare.

"Hasil analisis bersama tersebut bisa diakses di website Global Forest Watch," ujarnya.

Lebih jauh ia menyebut jika langkah koreksi data deforestasi versi Global Forest Watch tersebut dilakukan setelah melakukan peninjauan bersama ke lapangan pada Juni 2022. 

Siti menyebut perwakilan dari Pemerintah Norwegia juga turut serta dalam peninjauan lapangan tersebut.

"Perwakilan dari Pemerintah Norwegia juga turut serta dalam peninjauan lapangan tersebut dan menyaksikan langsung bahwa terdapat kawasan non-hutan alam (seperti kebun sawit, hutan tanaman, dan kebun masyarakat) dimasukkan sebagai hutan primer," katanya.

Siti mengatakan, pihaknya dengan WRI juga tengah melakukan koreksi terhadap data kebakaran hutan dan lahan versi GFW. Siti mengatakan karhutla besar terjadi pada 2015 dan 2019, bukan 2016 dan 2020 seperti dari data GFW.

"Data karhutla Global Forest Watch mengungkapkan bahwa karhutla serius terjadi pada 2016 dan 2020. Faktanya, bukan terjadi pada kedua tahun itu, melainkan tahun 2015 dan 2019," kata Siti.

"Koreksi awal sudah dilakukan dengan menambahkan penjelasan teknis di bagian bawah grafik Global Forest Watch yang terkait Indonesia. Bisa dilihat di website mereka," imbuhnya...

Baca Selengkapnya


Topik

Peristiwa, menteri lhk, siti nurbaya, deforestasi, global forest watch,



Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di Indonesia. Sektor industri, perdagangan, dan pariwisata menjadi pilar utama perekonomian Jatim. Pembangunan infrastruktur juga terus dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

cara menyimpan tomat
memilih model baju kerja wanita
harga gabah shio 2025
Cincin anniversary bukan sekadar perhiasan - ia adalah simbol yang menceritakan perjalanan cinta yang telah dilalui bersama. Mari kita dalami bagaimana Tips Memilih Wedding Anniversary Ring yang tepat untuk moment spesial Anda.

cara simpan tomat
Tips Memilih Bralette