Tutupi Kekurangan Operasional Sekolah, Kasek SMPN 3 Mlandingan Jual Jasa Lukis Wajah
Reporter
Wisnu Bangun Saputro
Editor
A Yahya
29 - Jul - 2023, 05:38
JATIMTIMES - Minimnya jumlah siswa memaksa kepala sekolah SMPN 3 Mlandingan Satu Atap di Kabupaten Situbondo kreatif mencari tambahan pemasukan untuk memenuhi kebutuhan operasional. Tjahyono Turni Widodo kepala sekolah (Kasek) SMPN 3 Mlandingan Satu Atap sampai menerima jasa lukis wajah menggunakan bulpoin. Hasilnya untuk menambah operasional sekolah. "Semua dana BOS yang jumlahnya disesuaikan jumlah siswa pastinya tidak cukup, mau tidak mau harus ada uang tambahan, salah satunya saya buka jasa lukis wajah," kata Widodo saat ditemui wartawan jatimtimes.com beberapa waktu lalu.
Widodo pun menunjukkan sejumlah karya lukis yang sudah dia buat. Di antara deretan karya lukis itu, adalah wajah ulama hingga tokoh nasional. Di antaranya ada Gus Baha, hingga Gus Dur. Karya lukis wajah yang dia buat dihargai bervariasi tergantung tingkat kesulitannya, mulai Rp 250 ribu per wajah hingga jutaan rupiah. "Untuk Gaji Honorer (GTT) kami yang ASN dan PPPK juga patungan," jelasnya.
Baca Juga : Jamasan Pusaka Kiai Upas, Bupati Ungkap Sejarah dan Harap Jadi Ikon Tulungagung
Widodo mengakui kerap patungan untuk memmenuhi kebutuhan operasional. Selain untuk membayar gaji pegawai honorer juga untuk infrastruktur sekolah. Dia mencontohkan untuk membuat lapangan sekolah, dia bersama dengan ASN lainnya juga harus patungan untuk mendatangkan alat berat. “Kami patungan untuk menyewa alat berat,” ungkap dia.
Untuk diketahui, SMPN 3 Mlandingan Satu Atap yang berada di atas bukit, tepatnya di Jl. Gunung Malang Dusun. Krajan RT.01 RW.03, Desa Campoan, Kecamayan. Mlandingan, Kabupaten Situbondo ini hanya memiliki total siswa 12 siswa mulai kelas VII sampai kelas IX. Pada tahun ajaran baru pun sekolah tersebut hanya mendapatkan 1 Orang siswa baru ajaran 2023-2024. Tak heran jika Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sangat minim bahkan untuk menggaji GTT (Guru Tidak Tetap) kepala sekolah dan guru juga harus patungan.
Sistem zonasi yang diterapkan tidak bisa menjamin pemerataan sebaran siswa di sekolah yang dekat dengan tinggal mereka. Masyarakat setempat lebih memilih menyekolahkan anaknya di yayasan Islam madrasah tsanawiyah (MTs) atau memasukan ke pondok pesantren...