Rusia Resmi Keluar dari Perjanjian Nuklir
Reporter
Mutmainah J
Editor
A Yahya
22 - Feb - 2023, 11:41
JATIMTIMES - Rusia resmi mundur dari perjanjian nuklir dunia, New START (Strategic Arms Reduction Treaty).
Perjanjian yang dibuat 2010 itu, sebelumnya melucuti senjata nuklir antara Kremlin dan Amerika Serikat (AS), yang memiliki nama resmi Measures for the Further Reduction and Limitation of Strategic Offensive Arms.
Baca Juga : Dies Natalis Ke 42, Unisma Siapkan 5 Program Strategis Wujudkan Kampus Unggul Bereputasi Internasional
Pada Selasa, (21/2/2023), Putin mengumumkan bahwa Moskow menangguhkan partisipasinya. Putin menyebut Rusia hanya akan melanjutkan diskusi setelah senjata nuklir Prancis dan Inggris juga diperhitungkan.
Pengamat lalu menilai jika penangguhan yang dilakukan Putin adalah hal yang bahaya. Hal itu menurutnya akan meningkatkan risiko perlombaan senjata baru, bersamaan dengan perang di Ukraina.
Masa depan disebut tak akan stabil dan dapat diprediksi. Ini juga memacu kekuatan lain seperti China, India, dan Pakistan untuk membangun persenjataan nuklir mereka.
"Perjanjian itu secara efektif membatasi jumlah hulu ledak per rudal yang dapat disebarkan oleh kedua belah pihak sehingga menghindari kehancuran akibat melipatgandakan jumlah hulu ledak beberapa kali lipat," kata Direktur Strategi, Teknologi dan Pengendalian Senjata Institut Internasional untuk Studi Strategis, William Alberque, dimuat Reuters, Rabu (22/2/2023).
"Kedua belah pihak dapat segera beralih dari 1.550 hulu ledak strategis menjadi 4.000, dalam semalam," tambahnya.
Tak hanya William, post-doctoral fellow di Proyek Nuklir Oslo, James Cameron juga mengatakan hal yang sama. Ia mengatakan jika New START ditinggalkan, itu akan menandai kembalinya aura Perang Dingin.
Baca Juga : Putin Ancam Perang Nuklir, Amerika Serikat Beri Peringatan Keras kepada Rusia
"Jadi kita akan memiliki ketidakstabilan besar dalam hubungan di mana kedua belah pihak (Rusia dan AS) bertindak pada skenario terburuk, menambahkan sistem dan rencana yang lebih rumit untuk penggunaannya," katanya.
"Pada akhirnya mengarah pada situasi yang jauh lebih tidak stabil antara kedua belah pihak dan juga lebih besar. Risiko beberapa jenis penggunaan nuklir," ujarnya.
Dua pengamat itu lalu menegaskan bahwa Putin telah menandai kemungkinan bahwa Rusia akan melanjutkan pengujian senjata nuklirnya...