Fakta dan Sejarah 25 Januari DItetapkan sebaga Hari Gizi Nasional
Reporter
Ervinda Zahra Fitriana
Editor
Yunan Helmy
26 - Jan - 2023, 05:12
JATIMTIMES - Tanggal 25 Januari ditetapkan sebagai Hari Gizi Nasional untuk mengingat kembali betapa pentingnya gizi dalam kehidupan.
Dikutip laman Sehat Negeriku Kemenkes, Bapak Gizi Indonesia Prof Poorwo Soedarmo telah mengampanyekan hal tersebut sejak 1950. Gelar Bapak Gizi Indonesia sendiri diberikan kepada Prof Soedarmo oleh persatuan Ahli Gizi Indonesia pada 1969.
Baca Juga : 50 Ribu Warga NU Kabupaten Malang Diperkirakan Ramaikan Puncak Peringatan Satu Abad NU di Sidoarjo
Soedarmo diberi gelar tersebut karena pemahamannya soal gizi sangat mendalam dan ilmu tersebut beliau dapatkan dari berbagai perguruan tinggi di London, Filipina, hingga Amerika Serikat.
Soedarmo adalah profesor asal Malang yang menciptakan istilah empat sehat lima sempurna. Beliau juga sering menerbitkan karya ilmiah termasuk home economics yang saat ini dikenal sebagai ilmu kesejahteraan keluarga.
Dilansir laman kemkes.go.id, upaya perbaikan gizi masyarakat telah dimulai sejak tahun 1950, yaitu saat Menteri Kesehatan dokter J. Leimena dan mengangkat Prof. Poorwo Soedarmo sebagai kepala Lembaga Makanan Rakyat (LMR). Kemudian, beliau dikenal sebagai Bapak Gizi Indonesia.
Diketahui, Prof. Poorwo waktu itu lebih dikenal sebagai Instituut Voor Volksvoeding (IVV) yang merupakan bagian dari Lembaga Penelitian Kesehatan yang dikenal sebagai Lembaga Eijckman.
HGN diselenggarakan untuk memperingati dimulainya pengaderan tenaga gizi Indonesia dengan berdirinya Sekolah Juru Penerang Makanan oleh LMR pada tanggal 25 Januari 1951.
Hari Gizi pertama diadakan oleh Lembaga Makanan Rakyat (LMR) pada pertengahan tahun 1960-an, kemudian dilanjutkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat sejak tahun 1970-an hingga sekarang.
Perlu diketahui pada 2015-2019, Indonesia mengalami perbaikan dalam hal prevalensi masalah gizi khususnya prevalensi gizi kurang dan stunting.
Baca Juga : Sapi Banyuwangi Raih Juara Dua Kontes Sapi Nasional
Sebagai informasi tambahan, angka stunting di Indonesia masih tinggi yaitu 24,4 persen (SSGI 2021), walaupun terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 27,7 persen (SSGI 2019) namun masih butuh upaya untuk mencapai target penurunan stunting pada tahun 2024 sebesar 14 persen.
Tren data SSGI 2019-2021 menunjukkan stunting terjadi sejak sebelum lahir, dan meningkat paling banyak pada rentang usia 6 bulan 13,8 persen ke 12 bulan 27,2 % (SSGI 2019)...