Serunya Kenduri Takir Plonthang, Peringatan Suroan di Perempatan Desa Bendilwungu
Reporter
Anang Basso
Editor
Dede Nana
30 - Jul - 2022, 02:18
JATIMTIMES - Kenduri suroan yang kini nyaris diselenggarakan oleh seluruh desa di Kabupaten Tulungagung juga terjadi di Desa Bendilwungu, Kecamatan Sumbergempol. Kenduri di tengah jalan yang biasanya dilaksanakan di pertigaan atau perempatan ini dihadiri ratusan warga dan jamaah dengan kompak membawa takir plonthang.
Ada empat RT yang melaksanakan kenduri di salah satu perempatan di Desa Bendilwungu ini. Di mana, kenduri suroan dimaksudkan untuk memohon doa pada Allah SWT agar di bulan Muharram ini dijauhkan dari bala dan di tahun mendatang diharapkan diberikan rejeki yang lebih melimpah.
Baca Juga : Peringati HUT RI dan Mahkamah Agung ke-77, PN Gresik Gelar Eksebisi Bola Voli hingga Bakti Sosial
"Intinya memohon pada Allah SWT melalui doa berupa amalan tahlil agar desa kita ini dijauhkan dari bala," kata Doni Rahmawan, salah satu panitia suroan atau tahun baru Muharram 1444 H.
Berkat atau sarana kenduri suroan ini ditandai dengan membawa takir plonthang. Takir plontang sendiri adalah sebuah wadah yang terbuat dari daun pisang dibuat menjadi cekung dengan lidi pohon kelapa sebagai pengikat dan diberikan daun kelapa muda atau janur di bagian pinggirnya.
"Gotong royong, semua warga membawa seikhlasnya takir plonthang yang berisi ambeng untuk diberikan doa bersama sebelum dimakan," ujarnya.
Sebelum dibacakan doa tahlil, Widodo salah satu tokoh masyarakat Desa Bendilwungu membacakan hajat dengan bahasa Jawa (ngajatne). Satu persatu isi takir plonthang ini disebut dan diberikan makna. Selain berisi nasi dengan lauk potongan telur gulung, kacang goreng dan sambal goreng, takir juga dilengkapi dengan jenang sengkolo, ingkung dan berbagai makanan khas kenduri Jawa Tulungagungan.
"Jenang sengkolo, mugio warga Desa Bendilwungu ditebihne saking sedoyo kolo. (Dengan jenang sengkolo ini semoga warga Desa Bendilwungu dijauhkan dari semua marabahaya)," ucapnya dalam bahasa Jawa.
Ritual ngajatne ini juga diulas dengan berbagai macam doa ala Jawa yang berisi doa-doa pada Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai rasa syukur sekaligus meminta agar diberikan keberkahan. Sebelum tahlil dimulai, tokoh masyarakat yang lain Komarudin memaparkan banyak hal terkait keutamaan bulan syuro atau Muharram.
"Mengapa di jalan? Kalau di musala atau di rumah pasti tidak cukup menampung sekian banyak warga masyarakat...