Kisah Awal Berdirinya Rokok Djie Sam Soe hingga Bentoel yang Ganti Merek gegara Mimpi
Reporter
Desi Kris
Editor
Yunan Helmy
01 - Mar - 2022, 06:03
JATIMTIMES - Mungkin tidak ada yang tidak tahu rokok Djie Sam Soe 234. Merek rokok legendaris itu diiinisiasi Liem Seeng Tee, seorang perantau dari China.
Pada usia yang masih 7 tahun, Liem Seeng Tee meninggalkan Hokien, China, dan naik kapal ke Hindia Belanda. Ia lantas tiba di Surabaya bersama sang ayah.
Baca Juga : Gencarkan Pendidikan Politik bagi Pemilih Pemula, PAN Lamongan Luncurkan Program Diskusi Cantik
Namun sebelum Liem Seeng Tee berusia 13 tahun, ayahnya meninggal karena malaria dan kolera. Liem Seeng Tee kemudian berdagang keliling di atas kereta Surabaya-Jakarta.
Pada usia 13 tahun dengan penuh perjuangan, Liem Seeng Tee berhasil membeli sepeda untuk berdagang. Pada 1912, Seeng Tee lalu menikahi kekasihnya bernama Siem Tjiang Nio.
Siem Tjiang Nio cukup memengaruhi hidupnya. Istrinya itu kemudian mendesaknya menjadi peracik dan pelinting rokok di sebuah pabrik rokok kecil di Lamongan.
Enam bulan setelah menikah, Seeng Tee menyewa warung untuk berjualan barang kelontong dan tembakau. Usahanya kala itu cukup maju.
Hingga tahun 1913, Handel Maatschappij Leim Seeng Tee berdiri. Pada tahun-tahun berikutnya, perusahaan itu berganti nama menjadi Handel Maatschappij Sampoerna.
Seperti diketahui, produk andalan Sampoerna adalah Djie Sam Soe, yang disebut Gatra edisi khusus 2000 (2000:16:17) sejak sekitar 1914 hingga 2000 kemasannya tidak berubah.
Selain Djie Sam Soe 234, rokok kretek yang pernah dibuat HM Sampoerna adalah merek dengan nomor 123, 720, 678. Pabrikan Sampoerna awalnya juga merilis merek Sampoerna Star, Summer Palace, Statue of Liberty.
Sampoerna Star kemudian dianggap sebagai rokok berfilter pertama di Indonesia. Filosofi bisnis keluarga ini cukup terpengaruh numerologi China.
Angka 2, 3 dan 4 dalam bungkus rokok merupakan simbol kesempurnaan. Seluruh angka itu jika dijumlahkan hasilnya 9.
Tak heran jika ejaan Sampoerna terus dipakai. Jumlah huruf dalam Sampoerna ada 9 dan jika diganti dengan Sampurna, maka hanya 8.
Tak disangka, bisnis rokok keluarga itu semakin maju. Pada tahun 1940, kretek buatan mesin dan tangan dari Sampoerna berhasil produksi mencapai 3 juta per minggu.
Namun setelah tentara Jepang menguasai Indonesia, bisnis rokok keluarga ini terganggu. Pendudukan Jepang adalah mimpi buruk bagi orang Tionghoa di Indonesia.
Tak hanya harta yang disikat fasis Jepang...