Merana, Nasib Kereta Bupati Kediri Djojohadiningrat, Pejuang yang Diasingkan ke Manado
Reporter
Eko Arif Setiono
Editor
A Yahya
28 - Feb - 2022, 12:21
JATIMTIMES - Daerah Kediri menyimpan banyak jejak sejarah, namun jarang sekali diceritakan dalam bangku sekolah. Salah satunya di Desa Kandat, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri-Jawa Timur, tepatnya di Jl Glinding. Di wilayah ini, kita akan disuguhi peninggalan kereta antik Bupati Kediri, Djojohadiningrat tahun 1900 an yang kini masih tersimpan utuh.
Kereta sang Bupati berbentuk perahu yang terbuat dari bahan kayu jati itu menyimpan banyak sejarah. Salah satunya ketika sang Bupati Kediri ditangkap Belanda dan diasingkan ke Manado-Sulawesi Utara karena dianggap makar. Hingga akhirnya sang bupati diasingkan ke Manado sampai meninggal. Perjuangan itu membuatnya mendapat julukan "Kanjeng Manado".
Baca Juga : Muswil V JSIT Jatim, Pemkot Kediri Ungkap Tantangan Pendidikan di Tengah Digitalisasi
“Sayang, kereta peninggalan itu hanya dirawat penduduk desa setempat belum mendapar campur tangan dari pemerintah. Dan kereta peninggalan kereta sang bupati yang mendapat julukan Mbah Gleyor itu dibiarkan dalam bangunan joglo terbuka dengan pagar besi yang dibangun oleh keturunannya. Keturunannya adalah Pak Haji Muhadi, mantan Bupati Blitar,” kata Imam Mubarok, Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri.
Usianya hampir 100 tahun lebih sejak dibuat, kereta dari bahan kayu jati yang memiliki panjang kurang lebih 7 meter dan 2 meter dan berbentuk amphibi (bisa menjadi kereta dan bisa menjadi perahu ini) tergolok masih awet dan kuat.
Hj. Musiswatin (72), tokoh sejarah desa setempat menuturkan berdasarkan keterangan orang yang merawat kali pertama yakni Mbah Matal (alm), bahwa semenjak ditinggal dan ditangkap Belanda, Sang Bupati meninggalkan keretanya di pekarangan rumahnya di Jl. Watu Gede.
Namun pada tahun 1949 , menurut Hj, Muniswatin sesuai keterangan Mbah Matal sang juru kunci ada wangsit untuk memindahkan kereta itu ke gang sebelah dari tempat kali pertama kereta itu berada persis saat ditangkap Belanda.
"Kereta itu tak bisa jalan dan ditarik dengan bantuan masyarakat setempat saat dipindahkan. Ia hanya mau ditarik oleh dua kerbau jantan dan dan didorong oleh Mbah Matal dan Istrinya. Keanehan itu yang pertama, keanehan kedua bekas tanah yang dilewati kereta itu tak bisa tumbuh rumput," kata Muniswatin kepada Jatimtimes...