FIAI UII Hadirkan Tip Membangun Keluarga Sakinah di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Reporter
Imam Mutaqqin
Editor
Dede Nana
09 - Sep - 2020, 02:04
Penerapan kebiasaan baru atau new normal akibat masih mewabahnya pandemi Covid-19 menuntut seluruh masyarakat mampu melakukan adaptasi di seluruh sendi kehidupan. Tidak terkecuali dalam bermasyarakat, beribadah, dan berhubungan dalam keluarga.
Untuk memberikan bimbingan pada masyarakat dalam menghadapi kebiasaan baru ini, khususnya dalam beribadah dan bersosialisasi secara islami, Program Studi Ahwal Syakhshiyah, Jurusan Studi Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (PSAS JSI FIAI UII) menyelenggarakan bimbingan online bagi masyarakat secara umum, Senin (7/9/2020) kemarin.
Baca Juga : Mahasiswa dan Dosen, Segera Lakukan Validasi Nomor ke PDDikti untuk Dapat Kuota Gratis
Tema yang diusung adalah “Respon Keluarga Muslim di Era Adaptasi Kebiasaan Baru”. Bimbingan Online yang digelar PSAS JSI FIAI UII ini diharapkan mampu memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang tata cara menjalankan ubudiyah dan dan sosial pada masa adaptasi kebiasaan baru. Selain itu, acara ini merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh para dosen di lingkungan PSAS JSI FIAI UII.
Dimulai secara online pukul 09.00 WIB, acara diisi oleh empat doktor sebagai narasumber bimbingan. Drs. Muslich Ks, M.Ag yang menjelaskan bagaimana seharusnya masyarakat muslim merespon kebiasaan baru melalui budaya dan gaya hidup. Dilanjutkan narasumber kedua, Dr. Drs. Sofwan Jannah, M.Ag yang memberikan bimbingan tentang penentuan arah kiblat dalam menjalankan salat.
Mengenai cara-cara dalam mencegah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dibahas tuntas secara menyenangkan oleh Dr. Muhammad Roy Purwanto, M.Ag sebagai narasumber ketiga. Terakhir, disajikan bincang-bincang ringan dengan narasumber Dr. Drs. Yusdani, M.Ag. mengenai implementasi hak asasi manusia (HAM) dalam keluarga untuk mengurangi dominasi laki-laki terhadap kaum perempuan.
Tuntutan akan perubahan kebiasaan di masyarakat akibat pandemi, menurut Muslich, tidak cukup dilakukan dengan hal-hal yang biasa saja sehingga menimbulkan benturan-benturan. Menurutnya, seorang akademisi harus bisa merespon dengan kajian menggunakan pendekatan antropologi budaya.
“Ini karena ekses dari perubahan yang ada terkadang menjadi benturan dalam kehidupan berkeluarga,” imbuhnya...