Sekolah Tatap Muka Belum Memungkinkan, Wabup: Digitalisasi Sekolah Sangat Diperlukan
Reporter
Moh. Ali Mahrus
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
13 - Aug - 2020, 01:39
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sejak Pandemi Covid-19 diumumkan pada pertengahan Maret lalu atau sudah hampir 6 bulan, bisa dikatakan terhenti. Di mana anak-anak tidak pernah pergi ke sekolah selama itu.
Alternatif yang selama ini dilakukan oleh pemerintah adalah melakukan pendidikan secara daring (online).
Baca Juga : Siswa di Kota Blitar Akan Kembali ke Sekolah, Wali Kota Santoso Monitoring SMA-SMK
Namun, sejauh ini, praktik di lapangan kegiatan sekolah secara daring banyak kendala yang ditemui, terutama di sekolah tingkat dasar. Banyak siswa maupun guru di tingkat sekolah ini yang tidak memiliki gawai (Gadget) sebagai sarana belajar.
Sehingga kebanyakan dari siswa di tingkat dasar ini, hanya diberi tugas-tugas, mengerjakan soal-soal pelajaran di rumah tanpa didampingi guru. Kendala lain dari pembelajaran sistem daring adalah untuk mereka yang tinggal di pinggir kota, tentu kualitas sinyal sangat rendah atau bahkan tidak ada.
Kendala ini disampaikan oleh Wakil Bupati Jember Drs. KH. A. Muqit Arief saat mengikuti Webinar yang diadakan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) pada Rabu (12/8/2020) yang dimoderatori oleh Sekjen, Dr. H Najmul Akhyar, SH,.MH,. dan diikuti oleh mampir seluruh bupati atau yang mewakili seluruh Indonesia, disampaikan kendala-kendala Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
"Kami merasakan dan melihat, bahwa sudah terlalu lama anak-anak belajar di rumah, meski banyak kendala di lapangan, proses pembelajaran semacam ini harus tetap diusahakan, mengingat saat ini negara masih dibayangi pandemi Covid-19, salah satunya dengan digitalisasi sekolah dan ini menjadi alternatif baru bagi PJJ,” ujar Wabup.
Digitalisasi sekolah, menurut Wabup berpengaruh pada guru, murid dan orang tua. "Dulu, anak-anak pegang handphone hanya buat main games saja tetapi sekarang HP digunakan sebagai sarana pembelajaran," kata Wabup. Aspek minusnya, tidak semua daerah memiliki akses yang memadai. Aspek lain, tidak sedikit guru "pinggiran" melek IT.
Akan tetapi Kyai Muqit masih memandang KBM dengan cara tatap muka masih sangat diperlukan dan menjadi penting. "Ada sesuatu yang hilang ketika model pembelajaran tidak tatap muka yaitu pembentukan karakter anak," ungkapnya.
Ketika seorang murid bertemu dan berinteraksi dengan guru maka ia akan belajar secara langsung, melihat dan merasakan apa yang dilakukan oleh guru. Kyai mengutip peribahasa, "Guru itu digugu dan ditiru"...