JATIMTIMES - Minimnya jumlah armada pengangkut sampah, ternyata menjadi permasalahan tersendiri di Kota Malang. Sebab hal tersebut dinilai tak sebanding dengan tingkat timbulan sampah yang cukup tinggi di Kota Malang.
Hal itu ternyata membuat sejumlah tempat penampungan sementara (TPS) di Kota Malang mangkrak. Dan berimbas pada munculnya timbunan-timbunan sampah liar.
Baca Juga : BSKDN Tinjau Inovasi RDU DLH Kabupaten Bangkalan
"TPS yang gak aktif itu salah satu permasalahannya karena gak ada armada yang mengakut sampah di sana. Salah satunya di Cemorokandang, lalu TPS di perumahan-perumahan," ujar Anggota Komisi C DPRD Kota Malang Bayu Rekso Aji.
Kota Malang sendiri memiliki 72 TPS aktif. Dari jumlah tersebut, sebanyak 40 TPS berada di kelurahan-kelurahan. Padahal jumlah kelurahan di Kota Malang ada sebanyak 57. Idealnya, satu kelurahan satu TPS. Sementara 30 TPS lainnya merupakan TPS Privat.
Sementara itu, jumlah armada yang digunakan untuk mengangkut sampah juga terbilang minim. Bahkan menurut Bayu, jumlah armada yang ada tak bisa mengakomodir seluruh TPS.
"Jadi dari total sekitar 72 TPS itu, idealnya dilayani 72 armada juga. Faktanya, armada pengangkut sampah di Kota Malang hanya 44. Namun yang masih bagus hanya separuhnya," terang Bayu.
Dirinya mendorong Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang untuk segera mengambil sikap terkait permasalahan tersebut. Salah satu yang direkomendasikan adalah pengadaan truk pengangkut sampah.
"Melihat jumlah armada pengolahan sampah, tentu perlu ditambah agar bisa mengakomodir TPS-TPS yang tidak berfungsi," imbuh Bayu.
Baca Juga : Sama Murah dan Kualitas Bagus, Pilih Acer Aspire 3 Slim A315-35 atau Ideapad Slim 3i (14’’, Gen 5)?
Sementara itu, Kepala DLH Kota Malang Noer Rahman Wijaya mengatakan bahwa ada sekitar 6 TPS di Kota Malang yang tidak beroperasi lagi. Dia tak memungkiri bahwa minimnya armada truk pengangkut sampah menjadi penyebabnya.
"Ada sekitar 5 atau 6 TPS yang tidak optimal sebagaimana TPS mestinya," ujar Rahman.
Dari datanya, TPS yang tidak aktif salah satunya berada di kawasan Muharto dan Jodipan. Ia tak memungkiri bahwa mangkraknya TPS itu memang menyebabkan munculnya timbunan sampah liar. Begitu juga dengan armada, menurut Rahman, jumlahnya juga masih belum bisa mengokomodir semua TPS.
"Jadi beberapa gak aktif seperti di Muharto. Itu di depannya ada rumah pemukiman yang menutup akses. Lalu di Jodipan yang sampai muncul timbunan sampah liar. Lalu dekat jembatan Muharto juga terjadi karena susahnya membuang ke TPS. Kami sudah sampaikan ke dewan soal moda transportasi khusus pengangkut sampah itu. Jumlah armada kami memang masih belum bisa mengakomodir sebetulnya," terangnya.