JATIMTIMES - Masyarakat memiliki berbagai macam cara dalam menyambut pergantian tahun. Salasatunya kaum milenial di Banyuwangi yang menggelar kegiatan pelantunan tembang naskah kuno secara lintas budaya di Pelinggihan Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banyuwangi, Kamis (30/12/2021) kemarin.
Dikemas dalam Banyuwangi Youth Creative Network (BYCN) kaum milenial terus bergerak dan bermanfaat dalam menyambut pergantian tahun. Bersama beberapa seniman, budayawan, dan pelestari naskah kuno menggelar kegiatan tradisi pelantunan tembang naskah kuno.
Baca Juga : Kurang Nyaman, Pedagang Pasar Besar Kota Batu Tata Ulang Kios di Tempat Relokasi
Berbagai macam budaya berkumpul dalam melantunkan tembang naskah kuno yang dalam tradisi masyarakat Banyuwangi disebut Mocoan. Dalam budaya Madura dikenal Mamaca dan dalam tradisi masyarakat Jawa dinamakan Mocopatan. Sedangkan bagi masyarakat Bali tradisi melantunkan tembang disebut Mabasa.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi melalui Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dewa Alit Budi Santoso, kegiatan melantunkan tembang naskah kuno yang dilakukan kelompok pelestari naskah kuno tersebut sangat luar biasa.
"Ini merupakan kontribusi bagi pemajuan kebudayaan di Banyuwangi yang dilakukan oleh para milenial,"ujar Dewa Alit.
Kaum milenial merupakan tonggak harapan sebagai penjaga, pemelihara dan pelestari tradisi pelantunan naskah kuno. Hal itu menjadi sorotan, di mana para milenial di Banyuwangi memilih untuk melestarikan budaya di tengah serbuan globalisasi yang sangat masif.
Salah seorang peserta, Fitri Handayani mengungkapkan rasa bangga terhadap para milenial yang sedang mengikuti kegiatan ini. Bagi dia melantunkan tembang naskah kuno merupakan upaya untuk memelihara, menjaga dan melestarikan warisan budaya yang luhur..
"Saya harap, dengan adanya kegiatan ini, akan banyak kalangan muda yang tertarik untuk mempelajari mocoan atau semacamnya, khususnya Babad Tawangalun," jelas Fitri.
Baca Juga : Sambut Pergantian Tahun, Penjagaan Tempat Wisata di Kabupaten Malang Tetap Diperketat
Acara yang dibingkai tema “Merajut Kebhinekaan dalam Bingkai Manuskrip Kuno,”' tersebut diikuti 40-an orang dari kelompok penembang.
Pegiat pelestari naskah kuno, Wiwin Indiarti menjelaskan, tradisi pelantunan tembang naskah kuno ini sesuai tradisi lokal budaya di masing-masing daerah. "Di Banyuwangi, dalam menyebut naskah kuno adalah lontar meskipun bukan berarti naskahnya tertulis di daun lontar," jelas Wiwin.
Acara juga dihadiri para seniman dan budayawan Banyuwangi termasuk Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Banyuwangi Hasan Basri. Acara selamatan dengan menu tumpeng pecel pitik itu kemudian dilanjutkan diakhiri dengan pelantunan tembang Babad Tawangalun yang dibawakan dalam 4 bahasa (Osing, Madura, Jawa dan Bali) secara bergiliran.