JATIMTIMES - Bencana erupsi Gunung Semeru yang ada di Kabupaten Lumajang yang banyak menelan korban jiwa ditengarai karena ada dua faktor utama terabaikan. Yakni tidak adanya sistem peringatan dini (early warning system) dan minimnya pengetahuan mitigasi bencana terhadap warga.
Hal ini disampaikan oleh koordinator relawan kebencanaan Pemuda Pancasila Lumajang, Agus Setiawan. Ia mencontohkan terjadinya bencana erupsi Gunung Semeru pada peristwa ini masyarakat dibuat terkejut dan kalang kabut, karena sebelumnya tidak ada peringatan tentang akan munculnya bahaya Erupsi Gunung Semeru.
Baca Juga : Tragis, Siswi SMA di Blitar Tewas Gantung Diri di Depan Ruang Kelas
Warga baru tahu setelah melihat di atas Gunung Semeru tampak semburan awan panas yang menutupi langit. Ini masih beruntung karena kejadiannya sore hari, sehingga sebagian warga masih bisa menyelamatkan diri. Tidak bisa dibayangkan jika peristiwanya pada malam hari.
“Parahnya lagi ada warga yang sempat mengambil video tentang semburan awan panas dengan tenang dan tertawa, padahal situasinya cukup berbahaya. Akibatnya ia pun turut menjadi korban karena ketidak pahamannya atas bahaya erupsi Gunung Semeru tersebut,” ungkap Setiawan.
Hal serupa juga terjadi pada peristiwa bencana banjir di Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang. Setiawan yang juga merupakan Ketua MPC Pemuda Pancasila (PP) Lumajang ini, menyampaikan bahwa untuk selanjutnya pemerintah harus berupaya membuat sistem peringatan dini yang bisa membantu warga terhindar dari bencana.
“Bencana banjir ini sebenarnya bisa diketahui dengan melihat debit air di wilayah Senduro atau Pasrujambe, sehingga ketika ada peringatan dahulu dari atas bahwa ada kemungkinan dibawah akan banjir, maka saudara–saudara kita di Kutorenon ini bisa bersiap diri mengungsi dan menyelamatkan harta benda termasuk hewan ternaknya,” jelentereh Setiawan saat berada di lokasi banjir Desa Kutorenon Senin (20/12) siang.
Baca Juga : Alumni Akabri 2000 Sanika Satyawada Salurkan Bantuan untuk Korban Erupsi Gunung Semeru
Warga Kutorenon sendiri mengetahui kemungkinan akan ada banjir justru dari group WA, termasuk yang disampaikan anggota PP Lumajang. Setiawan berharap informasi bencana ini bukan dari media sosial, namun ada sitem yang harus dibangun sehingga sebelum bencana sudah ada peringatan dini.
Setiawan juga menyesalkan adanya informasi bahwa Early Warning System (EWS) Gunung Semeru sudah tidak berfungsi sejak 12 tahun terakhir. Harusnya ini menurut Setiawan tidak dibiarkan berlarut-larut, karena itu ia mendukung upaya yang dilakukan Bupati dan Wakil Bupati Lumajang untuk mendesak pihak terkait segera mengatasi masalah EWS tersebut.