Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Liputan Khusus Proyek RSI Unisma Nekat Tabrak Aturan (3)

Begini Cerita Korban Selamat Insiden Jatuhnya Lift Proyek RSI Unisma

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : A Yahya

12 - Nov - 2020, 11:28

Placeholder
Junaidi (39) korban selamat kecelakaan kerja maut proyek RSI Unisma saat ditemui di rumahnya di warga RT 43, RW 10, Sukopuro, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. foto anggara sudiongko,

Masih ingat insiden jatuhnya lift proyek di pembangunan gedung 9 lantai RSI Unisma (8/9/2020)?. Ya, dari 11 penumpang lift maut tersebut, 1 orang diketahui selamat, 5 orang pekerja tewas, dan 5 orang lainnya mengalami luka-luka. Korban selamat tersebut yakni Junaidi (39) warga RT 43, RW 10, Sukopuro, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. 

Kediaman Junaidi, tak jauh dari rumah salah satu korban meninggal Ritman Priyono (31). Dari kediaman Rutman, rumah. Junaidi hanya berbeda gang. Jika kediaman Rutman adalah masuk ke jalan gang di selatan SDN Sukopuro 1, rumah Junaidi berada di utara dari SD.

Baca Juga : Dicek Ada Gangguan Pernapasan, Daftar hingga Antre Obat Dilakukan Petugas

Dari gang jalan besar, untuk menuju kediamannya perlu berjalan sekitar kurang lebih 100 meter. Di mana nantinya juga kembali terdapat sebuah gang kecil untuk menuju rumahnya. Sebagai penanda gang menuju rumahnya, di kiri jalan gang besar itu terdapat sebuah tatanan batu-bata yang bisa menjadi penanda untuk masuk kedalam gang menuju rumah Junaidi. 

Setelah masuk gang buntu kecil, sekitar 20 meteran, akan didapati dua rumah. Rumah Junaidi memiliki ciri dengan tembok teras atau depan rumah bermotif keramik cokelat oranye. 

Pada awalnya, ketika media ini mendatangi kediaman Junaidi pagi sekitar pukul 09.00 WIB (4/11/2020), yang bersangkutan tidak berada di tempat. Saat itu, yang berada di rumah hanyalah sang istri dengan seorang anaknya.

Sang istri Junaidi, awalnya nampak begitu terlihat heran dan bingung akan kedatangan wartawan media ini. Namun setelah wartawan media ini menjelaskan maksud dan tujuan, istri Junaidi mulai memahami maksud kedatangan media ini. 

Dikatakan istri Junaidi yang diketahui bernama Suyati itu, jika saat itu Junaidi tak ada di rumah lantaran tengah bekerja sebagai kuli bangunan di sebuah tempat. Mendapatkan informasi itu, sang istri Junaidi kemudian menyarankan agar wartawan media ini kembali setelah sang saumi pulang sekitar pukul 17.00 WIB. 

Tiba pada pukul 18.30 WIB, wartawan media ini kembali melakukan perjalanan dari Kota Malang menuju Sukopuro, Kecamatan Jabung. Ya situasi ketika mulai masuk Sukopuro Jabung memang cukup gelap gulita ketika melintasi lahan persawahan. 

Tiba di rumahnya, wartawan media ini yang mengucapkan salam, disambut oleh seorang pria berpeci, berpakaian putih dengan sarung. Ia yang saat itu, tengah beristirahat di sofa ruang tamu, langsung berdiri melihat kedatangan media ini.  Wartawan kemudian dipersilakan masuk ke dalam rumahnya.

Junaidi pun bercerita dari awal hingga terjadi insiden tersebut. Diceritakan Junaidi, jika saat itu usai makan siang, ia dan teman-temannya tersebut akan kembali bekerja. 

Ia dan temannya kemudian bersama-sama menaiki lift proyek tersebut atas inisiatif teman-temannya. Saat berada di dalam lift, tak ada pembicaraan serius yang diobrolkan bersama rekan-rekan kerjanya. Saat itu yang ada hanyalah gurauan santai dari temannya. Namun saat itu, Junaidi tak tahu persis apa yang dibicarakan.

Saat itu, Junaidi berada di sebelah kanan lift, tepatnya pada sisi rangka kanan lift. Tak berapa lama naik lift kemudian sampai ke lantai empat. Dan di saat itu insiden mengerikan, di mana tali sling putus lift putus kemudian terjadi. 10 orang temannya kemudian terjatuh ke bawah. 

Sementara Junaidi, yang saat itu berada di sisi kanan lift, masih sempat reflek berpegangan pada rangka lift, hingga ia kemudian bisa selamat. Junaidi yang awalnya berpegangan pada rangka lift, kemudian berpindah ke lantai empat. Di situ, ia kemudian terduduk lemas dan syok akan kejadian apa yang dialaminya.

"Saya sebenarnya juga lupa, bagaimana bisa pindah ke lantai empat, karena semua begitu cepat. Bahkan saya juga nggak mendengar suara apa-apa, suara jatuhnya juga nggak dengar, mungkin karena semua begitu cepat, nggak sampai kepikiran," bebernya.

Baca Juga : Psikolog Sebut Grooming Behaviour, Perilaku Sosok Penuh Pesona

Yang ia ingat, saat itu ia sempat melihat jika teman-temannya telah jatuh ke bawah. Setelah itu, lagi-lagi dijelaskannya, jika ia tak bisa mengingat kejadian mengerikan tersebut. "Saya cuma sempat sepintas lihat jatuhnya teman-teman, setelah itu ngga tau, nggak ingat saya," ungkapnya seraya berupaya mengingat kejadian tersebut.

Usia menginjakkan kaki di lantai empat gedung, ia yang begitu syok, masih terduduk diam selama beberapa saat. Tak lama kemudian ia mulai tersadar dan melakukan sujud syukur bisa selamat dari insiden maut tersebut. Saat ia masih berada di lantai atas, iapun juga tak mengetahui jika temannya-temannya telah dievakuasi ke rumah sakit. Ia saat itu masih merasa syok dan tak percaya dengan apa yang terjadi.

"Setelah turun, ada yang ngabarin, ada juga yang nggak ada. Setelah itu juga sudah ada yang ngabarin di rumah tentang kabar saya, telepon ke adik saya. Awalnya adik saya nggak percaya, lalu ingin dengar suara saya, setelah itu saya ditanya petugas," cerita Junaidi.

Meski telah mendapatkan kabar jika Junaidi selamat, keluarga Junaidi di rumah, dengan dua anaknya tetap harap-harap cemas menunggu kedatangan Junaidi. Sedari siang, pihak keluarga menunggu kedatangan Junaidi yang akhirnya datang pada pukul 00.00 wib. Saat itu, Junaidi usai pulang dari kantor kepolisian memberikan keterangan perihal kecelakaan tersebut. 

"Saya pulang naik grab. Sampai di rumah saya langsung disambut istri sama orang tua dan anak saya. Saya langsung dipeluk, Alhamdullilah selamat, pada menangis," jelasnya.

Sehari setelah kejadian tersebut, Junaidi masih berada di rumah. Ia masih begitu trauma mengingat kejadian kecelakaan kerja tersebut, bahkan diakuinya jika sempat seperti orang linglung. Ia semakin sedih kala mengingat rekan-rekan yang sudah meninggal. Canda tawa rekan-rekan Junaidi hingga kini masih membekas di benak Junaidi dan teman-teman lainnya. 

Sementara, meski saat ini proyek masih beroperasi, Junaidi enggan untuk kembali bekerja di proyek tersebut. Saat ini, ia mengaku masih mengalami trauma akan kejadian itu. "Saya sebenarnya sama mandornya ini sudah lama ikut. Kalau harus kerja di sana lagi, sementara belum. Mungkin kalau nanti sudah pindah proyek mau ikut lagi. Kalau sekarang kerja di tempat lain dulu," ungkapnya.

Pascakejadian tersebut, menjadi titik balik dari Junaidi dalam memperbaiki diri, utamanya dalam hal keagamaan. Saat ini Junaedi lebih sadar akan kewajiban sebagai umat Islam yang menjalankan salat lima waktu, berbeda dibandingkan dengan sebelumnya yang jarang menjalankan salat.

"Saya sempat berfikir, nggak membayangkan bisa selamat. Sehingga saya sangat bersyukur sekali masih diberi keselamatan, ini membuat saya lebih tertib untuk beribadah, saya sangat bersyukur sekali," pungkasnya.


Topik

Liputan Khusus



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

A Yahya