Memasuki hari kedua isolasi atau karantina desa Jabalsari Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung akibat Covid-19, mulai dirasakan dampaknya. Selain tak bisa leluasa melakukan aktivitas, warga mulai mengeluhkan keterlambatan kiriman kebutuhan makanan di desanya.
"Ini kami mencari bantuan dari usaha warga sendiri, kami berusaha cari makanan dari luar desa kami, melalui group medsos, group sopir dan berbagai komunitas lain," kata Dwi Rimba (38) pemuda Desa Jabalsari bersama puluhan teman lain di pintu gerbang desa yang digunakan akses keluar masuk.
Hingga saat ini, pemerintah Desa Jabalsari belum memberikan bahan pokok sembako sehingga warga terpaksa dengan berbagai cara mencari bantuan.
"Hingga kini tidak ada bantuan dari pemerintah, jika ada bahan makanan masuk itu pembelian warga secara pribadi," ujarnya.
Hal itu juga dibenarkan oleh tokoh pemuda dan masyarakat Dusun Gondangsari yang merupakan episentrum penularan, Zainal Fanani (43) RT 02 03 Desa Jabalsari. Dirinya mengaku heran, dua hari semua akses keluar masuk ditutup namun tak ada langkah bebarengan dari desa dan pemerintah kabupaten terkait ketersediaan pangan.
"Dapur umumnya dimana dan siapa yang bertugas tidak ada, bahkan di pintu gerbang ini perangkat desa kami juga tidak ada," papar Zainal, Sabtu (25/04) siang.
Pihaknya sudah berusaha menanyakan pada pemerintah desa baik pamong dan kades, namun tetap tidak ada kepastian dan jawaban.
"Tadi sudah kami tanyakan, tapi tidak ada jawaban. Bagaimana kami bisa bertahan dengan kondisi seperti ini," terangnya.
Para pemuda dan warga ini berkumpul di salah satu pintu diantara dua pintu keluar masuk yakni di pintu jurusan kantor Desa Jabalsari.
Mereka tampak terus meminta bantuan pengguna jalan dan menunggu kiriman bantuan dari hasil hubungan seluler dan media sosial.
Beberapa petugas yang terdiri dari personel kepolisian, dua petugas kesehatan berpakaian hazmat atau APD juga setia berjaga di cek point tanpa ada seorangpun petugas atau perangkat Desa Jabalsari yang turut piket di sana.