Tiga warga Tulungagung yang positif corona melalui rapid test (tes cepat) akan dikarantina di rusunawa IAIN Tulungagung. Mereka akan mulai dikarantina mulai hari ini, Sabtu (4/4/20).
Tiga orang yang dikarantina itu adalah OTG (orang tanpa gejala). Salah satunya pernah dinyatakan positif covid-19 namun sudah dinyatakan sembuh, yaitu AH. warga Gandong, Kecamatan Bandung. Sedangkan dua lagi anggota keluarga AH, kakak dan ibunya.
"Yang hari ini tiga dari faskes (puskesmas) Bangun Jaya dan satu yang positif kemarin," ujar Ketua Harian Satgas Covid-19 Tulungagung dr Supriyanto.
Per tanggal 27 Maret 2020, revisi empat yang dikeluarkan Kemenkes RI, yakni orang tanpa gejala (OTG). Meski hampir sama dengan orang dalam pemantauan (ODP), OTG sama sekali tidak memiliki gejala.
"OTG itu orang tanpa gejala, tapi potensial menularkan. Justru ini yang berbahaya," kata Supriyanto.
Maka dari itu, OTG dikarantina selama 14 hari agar tidak menularkan covid-19.
Saat ini di Tulungagung sudah ada sekitar 100 OTG. Sebanyak 30 di antaranya adalah petugas medis di RSUD dr Iskak yang sempat menangani pasien covid-19 asal Kediri. Ke-30 OTG itu sementara diisolasi di mes RSUD dr Iskak.
Disinggung adanya penolakan dari warga Plosokandang, Kecamatan Kedungwaru, untuk memanfaatkan rusunawa IAIN, pria yang juga menjabat sebagai direktur RSUD dr Iskak itu menegaskan siapa saja yang menghalangi bisa dipidanakan.
"Yang menghalangi program pemerintah berarti melanggar UU Nomor 4 Tahun 2014 tentang wabah," tegas Supriyanto.
Supriyanto menjelaskan bahwa virus covid-19 tidak bisa hidup di ruang terbuka. Maka dari itu alasan ketakutan warga Plosokandang menolak pemanfaatan rusunawa tidak relevan.
Selain itu, jarak rusunawa dengan pemukiman cukup jauh. Sebagai perbandingan, dirinya mencontohkan letak RSUD dr Iskak yang lebih dekat dengan pemukiman dibandingkan rusunawa.
"Virus ini tidak terbang lewat udara, hanya lewat percikan, maksimal satu meter. Tatkala berada di tempat kering, virus itu mati," terang pria ramah itu.
Untuk menegaskan asumsinya, dirinya mencontohkan ruangan yang sudah digunakan untuk merawat pasien covid-19. Supriyanto mengatakan, jarak 24 jam virus di ruangan itu akan mati.
"Virus ini harus hidup di inangnya, yaitu di tenggorokan. Di luar itu virus mati," tandasnya.