Harga komoditas bahan makanan seperti cabai rawit selama Januari 2020 lalu memang mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Cabai rawit sempat mengalami lonjakan harga hingga Rp 80 ribu per kg.
Kenaikan harga yang cukup tinggi itu menjadi salah satu pemicu inflasi Kota Malang selama bulan Januari. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, inflasi awal tahun 2020 mencapai 0,41 persen. Komoditas cabai rawit yang mengalami kenaikan hingga 44,72 persen, menyumbang inflasi sebesar 0,0978 persen.
Kepala BPS Kota Malang Sunaryo mengatakan, penyebab utama penyumbang inflasi ada di kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Tetapi, 10 komoditas terbesar di antaranya cabai rawit dan rokok kretek filter, komoditas lain yang meliputi kontrak rumah, cabai merah, daging ayam ras, emas perhiasan, rokok kretek, mobil, pemeliharaan/servis, dan jeruk.
"Jadi makanan masuk dalam kelompok itu. Tadi dari 10 komoditas bergejolak, selain cabai rawit, ada andil dari kenaikan rokok kretek filter," ungkapnya.
Meski begitu, angka inflasi Kota Malang terbilang cukup tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 0,39 persen. Namun, inflasi Kota Malang lebih rendah dibandingkan angka di Jawa Timur sebesar 0,51 persen.
Sementara itu, Sunaryo menambahkan ada 10 komoditas yang tercatat menjadi pemicu deflasi pafa awal tahun 2020. Yakni, penururnan harga BBM, telur ayam ras, makanan ringan, sabun deterjen bubuk dan cair, susu cair kemasan, dan harga udang basah.
"Harga ayam hidup, kopi bubuk, batu bata, dan daun bawang juga turun. Kelompok itu ikut andil dalam komoditas penghambat inflasi," jelasnya.
Diketahui, untuk wilayah Jawa Timur, ada delapan kota yang tercatat mengalami inflasi. Yaitu, tertinggi di Sumenep mencapai angka 0,84 persen. Sementara inflasi terendah terjadi di Kota Madiun sebesar 0,35 persen.