Nasabah Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 semakin gerah dan marah dengan belum adanya kepastian pembayaran klaim polis asuransinya.
Berbagai pernyataan, dari harapan uang mereka kembali secepatnya hingga kemarahan karena rasa frustasi tak mendapatkan kepastian pembayaran terus digemakan melalui berbagai media.
Walau, pihak Bumiputera melalui Direktur Utama Dirman Pardosi telah menyampaikan, Jumat (31/1/2020) lalu, terkait upaya penyelesaian dengan cara memberikan nomor antrean ke nasabah.
Tapi, upaya itu pun belum membuat nasabah tenang karena, Dirman juga menegaskan, bahwa pembayaran klaim didasarkan juga dengan ketersediaan dana di pihaknya.
Bahkan, sepekan lalu, Dirman menyampaikan, seperti dilansir CNBC Indonesia (23/1/2020), pihaknya memperkirakan buruh waktu 10 tahun untuk melunasi seluruh klaim.
Sontak saja para nasabah yang lama digantung pun bersuara lebih lantang.
Sri Winarno, misalnya, merasakan kekecewaannya atas hal itu.
"10 tahun?? pikirlah boss, kalau nunggu 10 tahun jadi apa anak kami, percumalah pemerintah ada program peningkatan SDM kalau klaim asuransi nggak cair, emang bisa dibayar dengan skema anda,, mikir boss," tulisnya.
Nasabah lain, Slamet Wahyudi mencoba terus optimis dengan upaya Bumiputera.
Walaupun dirinya pun merasakan geram dengan kebijakan lain Bumiputera, yakni anjuran untuk memasukkan lagi sebagian dana klaim habis kontrak untuk program Bumiputera yang baru.
"...tolong segera di cairkan klaimnya, jangan ada permainan lagi dengan cara menyiasati nasabah, hanya menguntungkan AJB Bumiputera & hanya cari amannya saja. Sebagai contoh kami nasabah dianjurkan memasukan lagi sebagian dana klaim yang sudah Habis Kontrak untuk mengikuti program AJB Bumiputera supaya sebagian dana nasabah bisa segera cepat cair," ujarnya.
Slamet melanjutkan, " Hal ini jelas merugikan kami para nasabah yang habis kontrak lebih duluan yang tidak mau mengikuti program AJB Bumiputera, sehingga berdampak klaim kami yang Habis Kontral lebih awal tidak kunjung cair. Untuk itu mohon segera diprioritaskan kami nasabah AJB Bumiputera yang habis kontrak supaya di cairkan klaimnya, tanpa ada manipulasi & tipu daya yang hanya menguntungkan AJB Bumiputera," tulis nasabah yang habis kontrak di Desember 2018 ini.
Penyehatan yang diupayakan Bumiputera melalui proposal yang diajukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan target 4-5 tahun klaim akan diselesaikan secara bertahap.
Termasuk upaya optimalisasi aset manajemen, optimalisasi premi lanjutan dan optimalisasi keuntungan produksi baru, tak membuat nasabah yang telah lama meminta hak pribadinya dibayar, percaya begitu saja.
Seperti yang disampaikan Lokman Muchsin yang mempertanyakan jaminan dari upaya Bumiputera itu.
"Apa jaminannya bahwa program penyehatan akan berhasil. Apakah yang terjadi selama ini (penyebab kerugian) adalah karena kecelakaan? Bagaimana pertanggung-jawaban pengurus yang tidak dapat malaksanakan amanat dari pemegang polis," tanyanya.
Lokman juga bertanya terkait laporan keuangan Bumiputera saat ini.
"Bagaimana dengan laporan keuangan AJB Bumiputera sekarang ini. Itulah pertanyaan saya selaku pemegang 6 polis untuk beasiswa untuk cucu-cucu saya, yang preminya telah saya bayar sekaligus dari hasil penjualan aset. Sungguh sangat menyakitkan, dan hilang kepercayaan kepada semua perusahaan asuransi," tandasnya geram.
Nasabah lain pun meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk turun tangan terkait belum terbayarnya klaim di Bumiputera.
Beberapa lainnya meminta agar Direksi Bumiputera pun diperiksa seperti yang terjadi pada Jiwasraya.
"semoga bumi putra segera sehat kembali dan uang kami cepat kembali untuk anak anak kami mengejar mimpi mimpi nya jangan kau renggut tolong bantu kami pak presiden," tulis Andhi Naufal.
Sedangkan lainnya, meluapkan kemarahan atas 'gagal bayar' yang tak diakui Bumiputera dan hanya menyebut adanya tekanan likuiditas yang bermasalah.
Seperti Rego Devila yang frustasi dengan Bumiputera. "Bumiputera ba*****...maling...Polisi, Jaksa dan Aparat Hukum hanya diam. Saya hanya butuh uang saya kembali. Saya tak butuh pengembangan..." tulisnya melampiaskan kemarahan saat mengingat dulu Bumiputera mengemis-ngemis ke konsumen untuk masuk asuransi.