Konvensi yang digelar Malang Jejeg untuk mencari calon wakil bupati (wabup) dalam perhelatan Pilkada 2020 di Kabupaten Malang mendapat apresiasi khusus dari budayawan Radar Panca Dahana.
Radar yang juga didapuk sebagai bagian dari panelis dalam melakukan penilaian bakal calon wabup dari Malang Jejeg menyampaikan bahwa konvensi sebagai peristiwa langka dalam dunia politik saat ini. Sebab, pemilihan para calon pemimpin dalam dunia politik biasanya merupakan ranah-ranah privat para petinggi partai di tingkat pusat.
"Karena itu, konvensi ini saya sebut peristiwa langka dalam politik, khususnya di Jawa Timur (Jatim). Ini merupakan upaya objektif dari gerakan politik dalam mengangkat aspirasi publik secara terbuka," ucap Radar, Kamis (16/1/2020).
Konvensi yang dilakukan Malang Jejeg memang bukan yang pertama di panggung perpolitikan. Pasalnya, hal itu pernah dilakukan Partai Golkar tahun 2004 silam. Saat itu Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung mewacanakan konvensi capres Partai Golkar.
Tapi, lanjut Radar, pola mencari sosok pemimpin melalui konvensi yang dicirikan dengan keterbukaan di tingkat daerah, apalagi di skala pemilihan bupati dan wakil bupati, Kabupaten Malang merupakan yang pertama dan bisa jadi tonggak kebangkitan demokrasi yang sesungguhnya. Yakni, demokrasi yang menggali kekuatan publik atau masyarakat tanpa melihat latar belakang sosio-ekonomi dan bendera organisasi atau partai politik hingga yang lainnya.
"Padahal demokrasi ini bisa bermanfaat untuk menggali kekuatan publik itu. Di saat politik saat ini dimanipulasi oleh partai politik, konvensi menjadi peristiwa langka yang patut diapresiasi," ujar penulis sastra dan budaya Indonesia ini.
Radar pun menceritakan pemilihan balon wabup Malang Jejeg dalam kapasitasnya sebagai bagian dari tim panelis. Dari 11 peserta dengan latar belakang berbeda-beda dan bukan orang-orang partai politik secara struktural, ternyata menghasilkan sesuatu kekuatan luar biasa.
"Mereka orang-orang yang luar biasa. Tapi selama ini tak terdata, teridentifikasi dan tak punya peluang untuk memperlihatkan kekuatannya di panggung politik. Lewat konvensi ini, potensi itu terlihat," ujarnya.
Harapan besar seorang Radar pun mencuat dengan langkah positif yang diambil oleh Malang Jejeg dalam mencari sosok pemimpin daerah. Dirinya berharap Kabupaten Malang nanti akan bisa menjadi wilayah unggulan di Indonesia. Bahkan bisa dicatat sebagai wilayah unggul di dunia, seperti beberapa wilayah lain di Indonesia.
"Malang punya potensi natural, apalagi diarahkan oleh kepala daerah yang mumpuni dan bersih. Jadi, harapan saya tentunya Malang bisa jadi wilayah unggulan nantinya," tandas Radar.
Pernyataan Radar pun diamini oleh calon bupati dari jalur independen Malang Jejeg, yaitu Hari Cahyono. Dia menegaskan bahwa konvensi yang digelar selama dua hari setelah dilakukan rangkaian kegiatan sebelumnya menjaring calon wabup bukan sekadar acara seremoni, apalagi tipu-tipu.
"Buktinya, calon wakil saya yang terpilih oleh tim panelis memang merupakan peserta yang telah melalui rangkaian kegiatan konvensi. Ini bukti bahwa kami memang ingin benar-benar melibatkan aspirasi masyarakat secara terbuka dalam mencari pemimpin Kabupaten Malang ke depannya," ujar Hari.
Sebagai informasi, ada 11 orang peserta konvensi balon wabup 'Malang Jejeg. Kesebelas orang itu adalah Yogha Dody, Verry Son Petty, Tantono Setiawan, Heribertus Sumarso, Mahfudz Syaifuddin, Sutrisno, James Rionando, Gunadi Handoko, Mei Nafisha, Noval Akbar, dan Mukhamad Yahya Arif. Setelah menjalani fit and proper test selama dua hari, tim panelis akhirnya memilih Gunadi Handoko untuk mendampingi Hari untuk bertarung di Pilkada Kabupaten 2020.