Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan terjadi pada bulan Desember 2019. Sementara puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Januari 2020.
Prediksi itu menunjukkan awal musim hujan tahun ini mundur 10 sampai 30 hari dari perkiraan sebelumnya, yakni Oktober 2019.
"Untuk daerah Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Sumenep sendiri, prakiraan turun hujan itu pada bulan Desember mendatang," kata Kepala BMKG Kalianget Sumenep Usman Holid.
Usman menerangkan, mundurnya musim hujan itu terjadi sebab ada gangguan anomali iklim di Samudera Hindia. Saat ini, berdasar pemantauan BMKG, ada gangguan berupa fenomena Dipole Mode Positif atau fenomena pasangan antara lautan atmosfer di lautan India tropis.
Dia menjelaskan, fenomena Dipole Mode Positif terlihat dari suhu muka air laut yang lebih dingin dari kondisi normal. Bahkan suhunya lebih dingin dari muka air laut Samudera Hindia bagian barat di sebelah timur Afrika.
Ia mengatakan, gangguan akibat fenomena Dipole Mode Positif tersebut diperkirakan akan cenderung menurun, dan menyebabkan suhu muka air laut netral kembali, pada akhir 2019.
"Sekarang ini kita masih tetap berada di musim kemarau yang lebih kering. Bahkan akan mundur, berakhirnya sampai November di sebagian besar wilayah Indonesia," imbuhnya.
Usman juga mengingatkan, karena puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada bulan Januari hingga Februari 2020, kewaspadaan terhadap ancaman bencana banjir dan longsor perlu ditingkatkan pada periode tersebut.
"Selain banjir dan longsor, yang sangat dan harus kita waspadai adalah angin puting beliung dan angin kencang. Sebab, itu masa transisi musim yang lebih banyak dipengaruhi oleh angin monsun Asia dan panas atau dinginnya suhu muka laut perairan Indonesia," imbaunya.