Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Egianus Dilantik Jadi Panglima OPM Nduga, Upacara hingga Pembacaan Sumpah Pakai Bahasa Indonesia

Penulis : Pipit Anggraeni - Editor : Yunan Helmy

18 - Sep - 2019, 09:10

Placeholder
Screenshot Video

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) Nduga memberikan pangkat brigjen kepada Egianus Kogoya. Pimpinan OPM Nduga ini resmi mengantongi SK (surat keputusan) sebagai panglima Kodap III Ndugama sejak Rabu (11/9/2019).

 Video upacara pengangkatan dan pemberian SK itu pun telah diunggah di media sosial Facebook TPNBP. Dalam video yang beredar itu, tampak upacara dilangsungkan disertai pengibaran bendera Bintang Kejora. 

Suasana upacara pun tampak tak jauh berbeda dengan upacara pelantikan yang biasanya dilaksanakan selama ini. Peleton disiapkan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Begitu pula saat Egianus menyampaikan pidatonya.

 

 

Selain itu, pembacaan SK dilakukan menggunakan bahasa Indonesia. Lengkap dengan penetapan nama Egianus Kogoya beserta nomor SK yang dibuat. Seluruhnya menggunakan bahasa Indonesia dari awal hingga akhir.

Usai menerima SK, dalam video diperlihatkan Egianus menaiki sebuah mimbar dengan dua bendera Bintang Kejora pada sisi kanan dan kiri. Dalam pidatonya, dia menyampaikan beberapa poin. Salah satu poin yang ia tegaskan sebagaimana terdengar dalam video itu adalah tuntutan penutupan tambang emas di Papua.

"Semua tambang emas di Papua harus ditutup. Mulai dari Nabire, Enaro, Yahukimo, Nagarum, Batu Merah, Sorong sampai Samarai tutup semua, tidak boleh buka, harus tutup," ungkapnya.

Video yang diunggah itu mendapat banyak respons dari warganet. Terutama penggunaan bahasa Indonesia dalam proses upacara, pembacaan SK, hingga amanat yang disampaikan Egianus. Warganet menilai bahwa itu menunjukkan jika Papua adalah bagian dari NKRI. Selain itu, beberapa warganet menyampaikan pendapat bijaknya terkait dengan kegiatan upacara tersebut.

"Masih mempergunakan bahasa indonesia itu upacaranya berarti nkri... Kalo mau merdeka jgn pakai bahasa indonesiia pakai bahasa kalian....," tulis Stevanus Kondoi.

"Sudah saatnya negara mengevaluasi sistem pemerintahan yang berbentuk kesatuan mengikat menjadi kesatuan terbuka alias federasi. Jaman berubah maka sistempun harus menyesuaikan. Kenapa saya sampaikan hal ini? Karena saya melihat bahwa Indonesia terdiri dari beragam jenis suku, bahasa, agama dan ras sehingga saat ini yang lebih cocok ya federasi agar semua terlestarikan. Ini pendapat saya," komentar akun bernama Tony Kusmiran.

"Papua kaya hasil tambangnya luar biasa kalau di lepas sayang banget kasih lah mereka hidup layak tanpa ada kemiskinan," tambah akun Asobirin Birin.

"Pada awalnya semua adalah satu... Bijak dalam mengelola persatuan membuat persatuan itu tetap erat artinya mayoritas jangan merasa jadi paling berkuasa dari minoritas karena keteledoran seperti itu menghancurkan persatuan maka mengakibatkan perpisahan. Pada dasarnya berpisah atau bersatu semua adalah lumrah tapi pertumpahan darah itu bisa dihindari, bijaklah menjadi manusia apalagi mengaku beragama," tegas Giovanni Arhasel Sr.

 


Topik

Peristiwa



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Pipit Anggraeni

Editor

Yunan Helmy