Jember pada awal 90-an bisa disebut sebagai kota rocker, bersaing dengan Kota Malang dan Bandung. Itu karena anyak musisi rock yang lahir dari Kota Tembakau ini. Di antaranya Anang Hermansyah dan juga Opick (sebelum sebagai penyanyi religi).
Bahkan di Jawa Timur, hanya ada 3 kota yang dijadikan festival musik rock kala itu. Yakni Jember, Malang dan Surabaya.
Namun seiring berjalannya waktu dan munculnya berbagai aliran musik, predikat Jember sebagai kota rocker berangsur-angsur hilang. Namun kabar baik bagi pecinta musik rock yang ada di kota Jember, Sabtu (14/9/2019) malam, bertempat di Warung Apresiasi, Jember Rock Metal Community resmi diluncurkan oleh bupati Jember.
“Saya merasa gembira karena bisa bertemu dan berkumpul dengan beberapa group band yang tergabung dalam Jember Rock Metal Community. Potensi-potensi seperti ini harus terus dibina dan dijaga, selain untuk mejaga identitas, komunitas ini juga bisa sebagai wadah bagi pecinta musik rock,” ujar Bupati Jember dr Hj Faida MMR.
Terlebih dalam peluncuran Jember Rock Metal Comunity ini mengambil tema ‘No Drugs”, bupati berharap bisa memberikan dampak positif kepada anggotanya maupun pecinta musik rock lainnya.
“Anggota group band rock metal, kalau diberikan perhatian dan pembinaan, bisa memberikan nuansa yang beda, dan tampilan yang tidak biasa, terbukti pada saat grand final pemilihan gus dan ning, band yang tampil menampilkan lagu-lagu berirama rock yang rancak. Terlebih pada malam ini lahirnya komunitas ini di Warung Apresiasi, bisa disebut sebagai musik bhineka tunggal ika,” ujar bupati.
Sementara Ketua Jember Rock Metal Community M. Sodiqli menjelaskan, terbentuknya Jember Rock Metal Community merupakan upaya mengapresiasi kreatifitas seni musik. “Sebagai suatu upaya mengapresiasi kreativitas seni musik serta memberikan motivasi dalam berkarya,” terangnya.
Sodiqli juga berharap komunitas ini nantinya akan memberikan kontribusi yang nyata dalam upaya pengembangan talenta muda Indonesia, khususnya di Jember. “Tidak ada kata terlambat. Kita berkarya secara nyata, bukan karena sibuk hanya cerita belaka,” tutur Sodiqli. (*)