Putri tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Tulungagung terpilih menjadi salah satu pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) dalam upacara kemerdekaan RI tingkat nasional di Jakarta, 17 Agustus mendatang.
Dia adalah Dhea Lukita, siswi SMA Negeri Ngunut. Dhea merupakan putri pasangan Salim Rajun dan Nursiah, warga Ngunut. Gadis dengan tinggi 169 cm itu memang sejak kecil bercita-cita menjadi bagian paskibraka di tingkat nasional. “Sejak kecil memang bercita-cita jadi paskibraka,” ujar Dhea.
Gadis kelahiran 2002 senang sekali bisa lolos menjadi salah satu paskibraka di tingkat nasional. Dhea adalah satu dari dua wakil Jawa timur yang dikirim ke Jakarta. Satu paskibraka lagi berasal dari Kota Batu. “Senang bisa lolos ke Jakarta,” katanya dengan mimik bahagia.
Rajin berlatih baris-berbaris, selalu mengasah ilmu pengetahuan, dan menjaga kesehatan merupakan kunci Dhea dalam menggapai cita-citanya menjadi anggota paskibraka.
Dhea berhasil menyisihkan 113 pesaingnya dalam seleksi yang dilakukan di tingkat provinsi. Ada 38 kabupaten/kota di Jawa Timur yang mengirimkan tiga paskibra terbaiknya untuk diseleksi menjadi anggota paskibraka di tngkat nasional.
Siswa kelas XI jurusan IPA di SMAN Ngunut itu menginginkan posisi sebagai pembawa baki bendera pusaka saat upacara kemerdekaan nanti. “Kalau bisa, nanti sebagai pembawa baki,” kata Dhea lalu tersenyum.
Saat ini Dhea tinggal dengan kakeknya. Dhea membuktikan bisa berprestasi meski tanpa didampingi kedua orang tuanya yang harus mengadu nasib ke negeri jiran sebagai buruh migran. Gadis berjilbab ini mengaku sudah ditinggal kedua orang tuanya merantau sejak umur tiga tahun.
Rencananya, Dhea akan berangkat ke Jakarta bersama perwakilan daerah lainnya pada 24 Juli nanti.
Sementara itu, Plt Bupati Tulungagung Maryoto Birowo mengaku bangga terhadap Dhea. Meski sekolah di SMA pinggiran, Dhea tak kalah prestasinya dengan siswa yang bersekolah di kota. Maryoto berharap sosok Dhea menjadi contoh bagi pemuda-pemudi di Tulungagung.
“Menjadi penghargaan bagi Tulungagung. Ada satu anak kita yang bisa mewakili sebagai paskibraka tingkat nasional,” ujar Maryoto.
Lantaran mengharumkan nama Tulungagung di tingkat nasional, pemkab berencana akan memberikan imbalan kepada Dhea. “Iya, tentu saja nanti itu sudah saya pikirkan reward-nya, karena ini sudah memberikan suatu motivasi bagi anak-anak kita yang masih sekolah,” tandas Maryoto.
Terakhir perwakilan Tulungagung lolos seleksi paskibraka tingkat nasional pada 2007 lalu. Lebih dari satu dekade kemudian, Tulungagung kembali bisa mengirimkan wakilnya dalam paskibraka nasional melalui Dhea.