Empati atas polemik di tubuh DPC PDIP Surabaya kian mengalir. Selain memperjuangkan pernyataan keberatan atas hasil konfercab, seluruh pengurus PAC (pengurus anak cabang) dan simpatisan partai pemenang di Surabaya ini tak henti-hentinya menjaga semangat. Malam itu dibuktikan dengan menggelar Istighotsah sebelumnya.
Puluhan pengurus menggelar doa bersama di halaman kantor DPC PDIP Surabaya Jalan Kapuas. Doa dan Istighotsah pun dipimpin langsung oleh Gus Fahmi, salah satu tokoh Nahdliyin dari wilayah Kedinding, Surabaya.
Gus Fahmi pada momen sejenak keheningan pada malam itu menuturkan kepada seluruh kader dan simpatisan PDIP Surabaya tentang arti sebuah loyalitas. Dengan tegas, Gus Fahmi menegaskan bahwa apa yang sudah dilakukan oleh Whisnu Sakti Buana adalah meneruskan sang ayah, almarhum Sutjipto, yang begitu loyal dan mengabdi kepada keluarga Bung Karno, tokoh proklamator.
"Dan semangat apa.. pengabdian itu dimandatkan serta diwariskan kepada Pak WS (Whisnu Sakti). Jadi, bukan hanya melihat PDI-nya, tapi juga melihat Pak Soekarno-nya, presiden Republik Indonesia," kata Gus Fahmi.
Koordinator acara pada malam itu Triarso menambahkan bahwa doa bersama ini dilakukan menyikapi persoalan hasil pembacaan rancangan rekomendasi pengurus DPC. Yakni perubahan nama yang diusulkan 31 PAC dari Whisnu Sakti Buana berubah menjadi Dominikus Adi Sutarwijono. Seakan para kader dan simpatisan ini menyadari bahwa ada upaya mendzalimi proses demokrasi dalam internal partai berlambang banteng moncoh putih ini.
"Upaya (pernyataan keberatan) sudah kami sampaikan ke DPP. Saat ini, tinggal memohon kepada Allah agar persoalan ini cepat selesai dan ada keadilan," terang Triarso.
Pernyataan keberatan yang disepakati 31 struktur PAC yang disampaikan kepada DPP PDIP untuk kembali dievaluasi adalah jalan demokrasi yang harus ditempuh oleh seluruh ketua PAC PDIP Surabaya sebagai mandat dari 60 ribu kader dan simpatisan di Surabaya yang memiliki hak anggota di partai ini.
Seluruh kader partai berlambang banteng moncong putih ini tak surut langkah untuk menunggu keputusan tersebut. "Kami sudah berupaya. Saat ini tinggal berdoa. Gusti Pengeran'mboten sare (Allah tidak tidur, Red). Pasti akan diturunkan jalan terbaik-Nya," ungkap Triarso.