Pedagang makanan dan minuman (Takjil) untuk buka puasa dipindah. Penjual mamin tahunan yang setiap tahunnya berjualan di jalan KH Mansur atau depan stasiun Kereta Api (AP) kini dipindah berjualan di dalam alun-alun. Alasannya, menghindari kemacetan.
Alasan tersebut disampaikan Gatot Wahyudi, kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro, Perdagangan dan Perindustrian (DKUPP) Selasa (7/5) sore di alun-alun. Menurutnya, seratusan pedagang dipindah ke dalam alun-alun untuk menghindari kemacetan. Selain itu, mamin yang dijual pedagang, tetap higienis.
Karena menurutnya, jualan di luar alun-alun terutama di depan stasiun KA abu beterbangan, karena abu yang ditiup angin dan dihempas kendaraan roda empat yang melintas. Meski begitu, Gatot tidak memungkiri, masih ada saja pedagang yang berjualan di depan stasiun. “Ada yang masih berjualan di sana. Tapi sedikit. Kalau banyak, akan ditertibkan Satpol PP,” tandasnya.
Sebab, pihaknya tidak menfasilitasi pedagang yang berjualan di utara alun-alun tersebut. Menurutnya, hampir semua pedagang mamin yang berjualan di depan stasiun setiap bulan ramadan, berjualan di dalam alun-alun. Tak ada satupun menurut Gatot, yang menolak. “Sama. Saat berjualan di luar dan di dalam alun-alun, tidak dipungut biaya alias gratis,” ujarnya.
Terhadap penjual yang dikenai biaya, Gatot berharap segera melapor ke panitia yang telah dibentuknya. Ia akan memberi sanksi kepada petugas yang menarik biaya ke penjual. Mengingat, biaya ditanggung pemerintah dan pihak ketiga atau swasta. “Kami menggelar kampong Ramadan ini, bekerja sama dengan pihak swasta. Kami dan mereka yang menanggung biayanya,” kata Gatot.
Selama 3 hari, yakni dimulai tanggal 4 Mei yang lalu, tidak ada satupun pedagang yang kompalin. Terutama soal penghasilan atau pembeli. Dengan begitu, Gatot berkesimpulan, berjualan di luar dan di dalam alun-alun, hasilnya sama, bahkan bisa meningkat. “Belum ada laporan pedagang sepi. Saya tiap sore ada di sini. Pembeli ramai. Ya seperti di luar alun-alun, pungkasnya.
Hal senada, juga diungkap Titik, penjual makanan buka puasa. Menurutnya, berjualan didalam dan di luar alun-alun, sama. Senin, (6/5) kemarin, dagangannya tak bersisa alias habis. Ia berharap, ramadlan depan, tetap berjualan di dalam alun-alun. “Diluar atau di dalam, penghasilamnb kami sama. Kemarin dagangan saya habis. Dan didalam enak, tidak bising dengan kendaraan. Enggak ada abu,” katanya singkat.
Lain dengan perempuan yang berjualan jenang dan Es ini. Ia mengaku dagangannya sepi pembeli. Kalau boleh memilih, perempuan yang tinggal di Kelurahan Kademangan tersebut, memilih jualan di luar alun-alun, mengingat, lebih ramai. “Bilang yak e pak Gatot, tahun depan jangan di sini lagi. Enakan di luar. Dagangan saya laris. Kalau di sini, sepi,” ujarnya singkat.