Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Pakar Komunikasi Sebut Media Sosial sebagai Agama Baru yang Dihamba Para Milenial

Penulis : Imarotul Izzah - Editor : Yunan Helmy

17 - Jan - 2019, 13:44

Placeholder
Nurudin MSi beserta bukunya Media Sosial: Agama Baru Masyarakat Milenial. (Logan/Humas)

Kini, media sosial berkembang atau sengaja dikembangkan seolah sebagai agama. Masyarakat cenderung mengaca pada media sosial, layaknya ajaran agama itu. Apabila diperhatikan, media sosial telah tumbuh dan sangat menentukan sikap dan perilaku masyarakat milenial.

Hal ini dinyatakan oleh pakar komunikasi yang juga dosen Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nurudin MSi. Pandangam itu diulas dalam bukunya yang terbaru berjudul "Media Sosial: Agama Baru Masyarakat Milenial".

"Padahal sebagian pesan media sosial, perlu diyakini sebagai sebuah kebohongan yang dilegalkan,” ucapnya.

Hal ini bisa dilihat dari berbagai dampak carut-marut pesan media sosial. Tidak hanya hoaks, namun juga suasana saling membenci, mencaci, dan menghujat antarsesama. Menurut pria yang pernah mendapat penghargaan sebagai ketua prodi terbaik dari Kopertis Jawa Timur ini, media sosial nyata telah mengancam disintegrasi bangsa.

“Melihat perkembangannya, media sosial nyata telah mengancam disintegrasi bangsa. Media sosial telah menciptakan komunikasi di masyarakat berjalan dengan tidak tulus,” tandasnya.

Menurut Nurudin, masyarakat kini tengah dimabuk dan dimudahkan dengan teknologi. Mereka kebanyakan menyebar berita, bukan berdasarkan benar-salahnya, melainkan sesuai dengan kecenderungan dirinya. Untuk itu, penyebaran hoaks bisa dulakukan oleh siapa pun.

“Otak kita sering kalah cepat dari jempol kita. Apalagi di tengah situasi politik saat ini, tidak bisa dipungkiri hoaks menjadi sangat politis,” tandasnya.

Media sosial menjadi lahan paling subur penyebaran hoaks. Sementara di media mainstream, hoaks dapat ditekan karena sistem kemediaan yang dituntut profesional.

“Mereka punya karyawan, punya pembaca, punya penonton, sehingga kalau menyebar hoaks, ya, mesti hati-hati. Kalau tidak, akan diingatkan oleh aparat hukum. Konsekuensi terberatnya, media itu bakal bubar,” papar pria berkumis yang telah menerbitkan belasan buku ini.

Jadi, hoaks biasanya disebarkan oleh aktor individual. Jika terindikasi akun yang dikelolanya terbukti melakukan aksi penyebaran hoaks, biasanya tinggal menghapus akun.

"Masalahnya di mana pun dan kapan pun, hemat saya media itu lebih banyak menginduk kepada penguasa. Kita tidak usah mengkritik fenomena sekarang, memang sejak dulu sudah seperti itu,” imbuhnya.

Nurudin sendiri sebagai akademisi selalu menekankan kepada siapa pun untuk selalu melek media dalan setiap perkuliahan, pergaulan dan diskusi. Melek media yakni kita sadar bahwa media selalu punya dampak negatif. Kalau sudah sadar, orang cenderung akan berhati-hati.

“Beberapa kali kami lakukan kegiatan literasi media ke SMP-SMA yang menurut kami jadi sasaran empuk hoaks. Meskipun disadari, menangkal penyebaran hoaks itu sangat sulit,” pungkasnya.


Topik

Peristiwa berita-malang Pakar-Komunikasi-Sebut-Media-Sosial Universitas-Muhammadiyah-Malang



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Imarotul Izzah

Editor

Yunan Helmy