Peristiwa bencana gempa bumi dan tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu, menyisakan cerita dari korban selamat asal Kabupaten Jombang. Pertolongan dari orang tak dikenalpun, membawanya kembali ke kampung halaman. Seperti yang diceritakan Nasikun (42), warga Dusun Ganggang, Desa Kedungdowo, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, saat ditemui JombangTIMES di kediaman orang tuanya, Kamis (4/10).
Nasikun yang saat itu bersama istrinya, Winarti (32) dan putranya bernama Muhammad Aulia Rahman (7), sedang berjualan bakso di pinggir pantai di Kota Palu. Tepat menjelang magrib di hari Jumat (28/9), Nasikun merasakan goncangan gempa, dan sempat melihat gelombang air yang cukup tinggi dan berwarna hitam. "Pas mau magrib, seperti ada goncangan gitu, langsung mati lampu. Terus saya lihat, ombak itu saya lihat dari warung saya terlihat tinggi sekali. Ombak hitam bergelombang gitu," ujar Nasikun menceritakan awal kejadian gempa dan tsunami yang dialaminya.
Setelah mengetahui peristiwa itu, Nasikun bersama istri dan anaknya, lari tunggang langgang mencari tempat aman untuk menyelamatkan diri. Nasikun bersama keluarga, sempat mengamankan diri ke bangunan yang tinggi. Tetapi merasa belum aman karena adanya goncangan lagi, dirinya kembali turun untuk mencari dataran tinggi di perbukitan. "Waktu itu saya lari mas. Pertama ke bangunan mas, terus ada goncangan lagi, terus turun lagi. Terus lari lagi ke gunung," ungkapnya.
Sementara, Nasikun juga menceritakan bahwa dirinya bersama keluarga bisa pulang ke Jombang berkat bantuan beberapa orang. Pertama, Nasikun dibantu seseorang yang tidak ia kenal untuk menuju ke Kota Makasar, melalui mobil logistik.
Setelah dari Makasar, dirinya dibantu kerabat yang kebetulan kerja di kota tersebut, untuk pulang ke Jombang dengan naik pesawat. "Alhamdulillah ada orang yang menolong saya, ikut mobil logistik ke Makasar. Dari Makasar, alhamdulillah saya dibantu kerabat yang kerja, dikasih naik pesawat kesini (Jombang, red). Gratis Alhamdulillah," tandasnya.
Untuk saat ini, Nasikun bersama keluarga masih merasakan trauma, dan enggan untuk kembali ke Kota Palu. "Baru tadi malam itu nyampek. Ndak ndak (kembali ke Palu, red) Pak. Udah trauma pak, udah kapok," tutupnya.(*)