Sekitar tahun 2000 hingga 2010 terakhir, anak-anak terlihat masih lebih banyak mengisi waktu senggangnya dengan beragam permainan tradisional setiap harinya. Sebut saja egrang, gobak sodor, bola kasti, dakon, serta kelereng atau gundu.
Namun, sejumlah permainan itu akhir-akhir ini mulai tidak disukai anak-anak. Terlebih orang yang menginjak dewasa. Mereka lebih memilih beralih bermain aplikasi game yang sudah tersedia di handphone (Hp) atau alat elektronik lain yang khusus menyediakan berbagai game di dalamnya.
Cara untuk mendapatkan berbagai game itu pun tak harus memakan waktu lama. Mereka cukup menyambungkan Hp-nya ke jaringan internet, melalui Googleplay atau melalui bluetooth khusus Hp yang masih belum android.
Secara teori, setiap perkembangan memang cenderung bergerak pada dua arah yang berlawanan di mata masyarakat, yakni positif dan negatif. Tergantung pola dalam memanfaatkan setiap perkembangan itu.
Ahmad Denis Eka Saputra saat bermain kelereng mengungkapkan dirinya dan teman-temannya sudah jarang bermain gundu selepas waktu sekolah atau di waktu senggang lain. Padahal Putra -sapaan akrabnya- memiliki kelereng yang cukup banyak yang dia simpan sekitar satu tahun sebelumnya saat masih asyik-asyiknya main gundu. "Di rumah saya masih banyak. Ini hanya ambil sedikit," kata salah seorang siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Urwatul Wutsqo, Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, itu Selasa (24/1/2017).
Siswa yang masih duduk di bangku kelas V itu tampaknya juga bisa merasakan perbedaan situasi dan kondisi yang dialami akibat perkembangan zaman. Salah satunya keakraban dan kebersamaan dengan teman-temannya di luar jam sekolah mulai terbatasi.
"Ini tadi pas di sekolah kami janjian untuk main gundu. Kalau tidak gitu, angel (sulit, red Jawa) sudah," ujarnya.
Putra menambahkan, mayoritas temannya yang biasa bermain gundu pada beberapa tahun lalu sudah tak tertarik lagi. Mereka lebih memilih menghabiskan waktu-waktu senggangnya di rumahnya masing-masing dengan Hp yang mereka miliki. Entah Hp itu memang dibelikan oleh orang tuanya tanpa mereka minta atau sebaliknya.
"Saya takut dimarahi Ibu kalau minta Hp karena masih cilik (kecil, red Jawa) mas," ungkap Putra.
Situasi ini seakan menjadi akibat lajunya perkembangan dunia teknologi yang niscaya. Dan, setiap regenerasi elemen masyarakat harus menerima kondisi ini dengan berkelanjutan hingga di beberapa daerah di Jombang bisa dibilang tak ada magnet lagi untuk mempertahankan budaya bermain ala tradisional itu. (*)