TIMESINDONESIA, MALANG – Hadratus Syaikh KH Hasyim Asyari fokus memperjuangkan tiga hal semasa hidupnya, yakni kebodohan, kemiskinan, dan persatuan bangsa.
Hal tersebut disampaikan Pembina Yayasan Unisma, Prof DR KH M Tholchah Hasan, dalam Seminar Nasional Kajian Khasanah Islam Nusantara Hadratus Syaikh KH Hasyim Asyari, bertema ‘Pemikiran dan Metodologinya’, di Aula Usman Mansur, Unisma, Sabtu (30/5).
Mantan Menag RI itu, menyatakan, selain ulama besar, Hasyim Asyari berperan penting dalam kemajuan bangsa. Membasmi kebodohan misalnya, ia mengajarkan ilmu melalui pesantren, dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan.
Selain itu, dalam mengurangi kemiskinan, ia sejak usia muda telah mandiri, menjadi petani ulet dan pedagang sukses.
Hal itu lantas ditularkan kepada santrinya. Sama juga dalam kebangsaan, dia fokus persatuan bangsa dan anti penjajahan.
“Untuk mewujudkan persatuan, beliau membuat kelompok masyarakat, salah satunya NU. Dengan harapan dapat terwadahi dan menjalin kerukunan secara baik,” ungkapnya saat membacakan biografi KH Hasyim Asyari.
Dikatakan, pendiri NU itu merupakan orang istimewa dan paling menonjol, dari 10 saudaranya. Hal tersebut terlihat dari kecerdasan, kedisiplinan dan keuletan dalam menuntut ilmu.
Sejak usia muda, ia juga sudah diberi amanah mengajar santri di pondok milik ayahnya.
“Uniknya santri lebih suka diajar sama beliau, karena materi yang disampaikan mudah dan cepat dimengerti. Beliau juga merakyat dan selalu menunjukkan kesetaraan antar sesama,” paparnya.
Ditambahkan, selama diberi amanah mengajar, tidak serta merta menerapkan metode belajar mengajar, tetapi juga ada sikap ikhtiar (pendekatan) kepada Allah SWT.
“Beliau hobi sholat malam, baca Alquran, puasa dan tirakat selalu dikerjakan dengan baik,” pungkasnya.
Hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut, Prof Dr KH Ali Musthofa Ya’cub (Imam Masjid Iatiqlal Jakarta), KH Syukron Makmun, dan Syaikh Dr Ibrahim S Al Naghaimshi (dari Arab Saudi). (*)